- ANTARA
Kekuatan Asing di Konflik Rempang, Devide et Impera Ala Belanda? Maju Mundur Sejak Era BJ Habibie
Perusahaan itu pun telah berkomitmen untuk membangun pabrik pengolahan pasir kuarsa senilai US$11,5 miliar di kawasan tersebut dan menjadikannya sebagai pabrik kaca kedua terbesar dunia setelah di China.
"Bahwa lahan yang kita sepakati diberikan ke PT MEG dari 2004 sampai hari ini itu adalah lebih kurang 17.600 ha dan khusus buat PT MEG di atas 17 ribu ada hutan lingdung 10.028 ha, sisanya 7.572 ha itu yang akan akan dikembangkan," kata Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, Jumat (15/9/2023).
"Perjanjian atau tanda tangan MoU antara PT MEG dan Xinyi di China itu hanya 2.000 ha ini yang akan kita kembangkan duluan dan bebaskan duluan dari saudara-saudara kita, masyarakat kita di sana," ungkap Rudy.
Rencana investasi yang dilakukan oleh PT MEG di kawasan Rempang secara keseluruhan sampai dengan 2080 sebesar Rp 381 triliun, dan mampu menyerap tenaga kerja langsung sejumlah 306.000 orang.
Dalam website BP Batam, MEG menyampaikan pengembangan kawasan Rempang ini dipastikan lebih mengutamakan masyarakat Rempang dalam proses pembangunan ke depannya.
"Kita (PT MEG) bersama BP Batam dan Pemko Batam sangat memperhatikan, bagaimana kepentingan dari warga disana," ujarnya dikutip dari bpbatam.go.id.
Balon Kemakmuran Habibie
Jauh ke belakang, melihat proyek Rempang sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari impian besar Bapak Teknologi BJ Habibie.
Tokoh penting dalam sejarah Indonesia, yang lama bermukim di Eropa itu melihat bahwa kawasan Barelang (Batam-Rempang-Galang) mulai dapat dibangun jadi satu kesatuan ekonomi secara terintegrasi, mirip Benelux (Belgia-Netherlands-Luxemburg).
Dari situ, muncul pemikiran untuk menarik ekonomi perdagangan dan pariwisata dari Singapura melalui konsep "Teori Balon” yang ia usung saat membesarkan "Batam" sejak 1971.
Sebagai persiapan, Habibie membangun enam Jembatan Barelang untuk menghubungkan pulau Batam, Rempang, Galang (Barelang) dan pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Tonton, Pula Nipah, Pulau Setoko, dan Pulau Galang Baru.