- Eko Hadi
Gawat! Terlalu Sering Depan Gawai, Mata Ratusan Anak di Kota Bogor Rusak
Bogor, Jawa Barat - Ratusan anak di Kota Bogor mengalami kerusakan mata selama pandemi. Diperkirakan anak-anak ini terlalu lama berinteraksi bersama gawai. Penggunaan gawai dimulai dalam aktivitas sehari-hari di rumah, terlebih saat daring di Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Hal ini dijelaskan oleh tim Jabar Bergerak saat menggelar kegiatan Pembagian 500 Kacamata Gratis di Mall Boxies, Rabu (24/11). Berdasarkan data dari pelaksana, peserta kegiatan Kacamata Gratis ini mencapai 359 anak, dan jika ditotal dengan jumlah peserta kemarin menjadi 750 anak.
Menurut Yanti Rachiem, Ketua Jabar Bergerak Kota Bogor, ditemukan masih banyak sekali kasus anak-anak yang mengalami mata minus. Kasus itu diketahui setelah diperiksa lebih lanjut dalam kegiatan ini.
Masih menurut Yanti, pihaknya berusaha mengumpulkan 800-1000 anak dari sekolah, pesantren dan panti asuhan. Sasarannya dari keluarga tidak mampu jadi itu tugas teknis tim Jabar Bergerak untuk membawa anak-anak itu ke lokasi kegiatan.
Yanti mengaku sangat terkejut dengan hasil nilai minus mata para anak ternyata sangat tinggi hingga mencapai 13. Bahkan ada anak belum pernah memakai kacamata dan usianya saat diperiksa 12 tahun. “Kebayang ga mereka 12 tahun dengan minus tinggi, belajar di sekolah bagaimana?” kata Yanti.
Selama pandemi Anak-anak tidak dibolehkan main keluar rumah. Sehingga selain berkegiatan daring, anak-anak kelompok usia 7-12 tahun tidak punya banyak pilihan bermain.
Salah satu orang tua, Ike (43), seorang ibu yang sengaja mengantar untuk memeriksakan mata anaknya mengatakan bahwa ia kaget saat mengetahui minus mata anaknya bertambah drastis.
Sambil menangis ia menuturkan, tiga tahun lalu kondisi mata anaknya sebelah kiri minus lima dan sebelah kanan minus enam. Saat itu dokter menyarankan periksa enam bulan sekali tapi ia menghiraukannya. “Saya coba periksa disini ternyata diluar dugaan. Ternyata minusnya nambah yg kiri 8 yang kanan 9,” tuturnya. Menurut Ike, penyebabnya karena penggunaan gawai yang berlebihan, karena dari asupan gizi sudah dipenuhinya dengan baik. “Karena sehari harinya dia sendiri ga ada teman jadi setiap harinya dengan gadget,” jelasnya.
Sementara dr. Anisa Hadiwinata menjelaskan bahwa mengatur pola gaya hidup anak harus tegas dalam membatasi waktu penggunaan gawai. Pola makan dan nutrisi bagi anak juga penting karena kesehatan mata berasal dari gizi.
Penggunaan gawai maksimal satu hari hanya dua jam dari 24 jam. Untuk sekolah saja hanya satu jam, artinya anak masih punya waktu satu jam lagi, tapi ironisnya di rumah anak-anak tetap menggunakan gawai. “Apalagi kebiasaan lainnya seringnya menggunakan ponsel di tempat yang gelap,” tutupnya.
(Eko Hadi/ SHP)