- Kolase tvOnenews.com / tim tvOne / Youtube Hersubeno Point
Senggol Konflik Agraria Rempang, Gatot Nurmantyo Ingatkan Tarian Perang Suku dan Pelanggaran HAM
Jakarta, tvOnenews.com - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo senggol konflik agraria yang terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, hingga mengingatkan soal tarian perang dan pelanggaran HAM.
Diketahui sebelumnya, konflik agraria di Pulau Rempang menjadi pemicu warga meradang, lahan seluas 7.572 hektar di Pulau ini menjadi target lahan proyek strategis nasional dan akan dibangun pabrik kaca milik perusahaan China Xinyi Group dalam kawasan Rempang Eco-Park.
Kerjasama ini pun diperkirakan akan mampu menarik investasi hingga ratusan triliun rupiah.
(Dok. Unjuk rasa warga Rempang di depan kantor BP Batam, 11 September 2023. Suember: tim tvone)
Namun di balik rencana tersebut pemerintah dan investor harus berhadapan dengan warga yang tinggal di 16 kampung adat Melayu. Mereka menolak keras pembangunan proyek tersebut.
Menanggapi hal itu, Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) melakukan pidato dan menyinggung soal konflik agraria yang menimpa masyarakat Melayu di Pulau Rempang.
"BP Batam berinisiatif mengambil jalan tengah bahwa menggunakan uang yang didapat hasil sewa, itu kurang lebih ada Rp 1 Triliun," ujarnya yang dilansir Youtube Hersubeno Point.
Namun yang permasalahannya adalah katanya, bila warga yang sudah menempati lahan tersebut sudah dengan waktu yang lama
"Sudah dikasih tahu ganti ruginya seperti ini, seperti ini, kemudian sudah tenang dikasih waktu 1 bulan, belum 1 bulan sudah digusur," ucapnya.
Bahkan Gatot Nurmantyo tak ragu menyebut bahwa pelanggaran HAM berat sudah terjadi dalam konflik lahan di Rempang.
"Kemudian penggusuran itu harus sudah selesai anak ujian, ini masih dalam kelas sudah diadukan seperti itu, kemudian tidak boleh menggunakan alat-alat persenjataan, jadi dengan tangan kosong," jelasnya.
Pernyataan itu disampaikan oleh Jenderal Gatot Nurmantyo pada saat hadir sebagai narasumber pada acara diskusi publik bertajuk 'Hukum untuk Investor untuk menindas rakyat' kasus Sangihe, Wadas hingga Rempang, yang dipandu oleh jurnalis senior Hersubeno Arief.
Lanjut Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo mengaku mengingatkan hal ini agar jangan sampai negara kita dikutuk oleh seluruh dunia. bahwa kita negara pelanggar HAM berat.
"Di-banned semuanya produksi-produksi Indonesia tidak boleh keluar, makin sengsara kita," ungkapnya.
Gatot Nurmantyo.
Kemudian, Jebolan AKABRI tahun 1982 mengingatkan soal bahayanya Suku Melayu terutama menyoal potensi perang.
"Yang perlu saya ingatkan kepada saudara-saudara sekalian se-bangsa se-tanah air karena kondisi sosial media ini sudah seolah-olah mengungkit kebangsaan atau suku Melayu-nya ini, sehingga datang dari Kalimantan, datang dari Medan, datang ke sana," imbuhnya.
"Saya hanya mengingatkan saja bahwa suku-suku di Indonesia ini adalah semua punya tarian perang, dan pada saatnya mereka siap untuk berperang sampai mati, itu jangan sampai terjadi," sambungnya.
"Karena ku nyatakan perang pada bangsa manapun yang membawa sengsara negeri ini, dan bila laut yang mendatangkan para perampas itu ke Nangro, maka laut pula yang akan kujadikan kuburan mereka," tegasnya.
Jenderal Gatot mengaku kalau hal itu disampaikan oleh seorang pejuang, yang kata-kata tersebut dia buktikan ketika kapal Portugis datang, semuanya dihabisi nyawanya tanpa sisa.
"Kemudian kapal Belanda datang yang dipimpin oleh Kakak Adik Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman, dia bunuh dengan rencoknya sendiri," pungkasnya.
"Dia adalah kepala barisan pengawal Istana, Panglima Rahasia seperti Mosad. Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV." tuturnya,
Jenderal Gatot mengenang Laksamana Malahayati, pahlawan Nasional perempuan yang terkenal memimpin pasukan laut Aceh dalam perang melawan Belanda pada awal abad ke-16.
"Malahayati orang Melayu-Aceh, seorang Malahayati yang akhirnya dia dianugerahkan Laksamana Malahayati, ini contoh seorang perempuan janda bisa melakukan seperti ini, apalagi laki-lakinya," ungkapnya.
"Jadi jangan menganggap suku Melayu itu kaleng-kaleng," tambahnya.
(Unjuk rasa warga melayu Dumai protes kekerasan pada warga Pulau Rempang. Seumber: tim tvone)
Tak sampai di situ saja, Gatot mengaku menyampaikan kisah di atas agar jangan sampai terjadi yang dinamakan di dalam adat Melayu 'Adat Amuk Melayu'.
"Jangan sampai ini keluar karena sangat berbahaya, ketika dikatakan seluruh Amuk Melayu maka seluruh Puak Melayu yaitu dari sepanjang Sumatera kemudian Kalimantan Barat, bahkan negara tetangga kita Malaysia, Thailand pattani melayu semuanya" pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Tuhu Nugraha selaku Pakar Strategic Communication Mass menyarankan pemerintah harus melakukan mitigasi untuk menghentikan penyebaran hoax terkait Rempang. Jika dibiarkan, kata dia, akan menimbulkan perpecahan dan konflik sosial.
"Sebaiknya yang dilakukan pemerintah adalah memberikan informasi tandingan untuk menjelaskan dan mengklarifikasi," kata Tuhu, Minggu, (24/9/2023).
Tak hanya itu saja, dia sarankan pemerintah juga perlu lebih simpatik pernyataannya dan pesan yang dikedepankan harus sentuh sisi emosional.
Hal ini menurut dia, para penyebar berita hoax begitu leluasa memprovoksi, dengan membawa isu SARA untuk mendiskreditkan program strategis nasional tersebut.
"Ini bukan hanya soal perpindahan lokasi, tapi ada ikatan adat, emosional dan lain-lain," pungkas Tuhu Nugraha. (aag/ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini