Presiden Joko Widodo (ketiga dari kiri deretan belakang) berfoto bersama sejumlah kiai sepuh di PCNU Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/10/2023)..
Sumber :
  • ANTARA

Pengasuh Ponpes se Indonesia Tegaskan Tidak Ada Batas Usia Jadi Pemimpin, Jokowi Langsung Gelar Pertemuan Tertutup dengan Kiai Sepuh di Surabaya

Senin, 23 Oktober 2023 - 06:30 WIB

Surabaya, tvonenews.com - Belum genap sepekan usai Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren se Indonesia (MP3I) berkumpul di salah satu hotel Surabaya, Terbaru, Presiden Joko Widodo kemudian mengadakan pertemuan tertutup dengan 20 kiai sepuh atau kiai khos di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya.

Pada pertemuan Pengasuh Ponpes se Indonesia, Ketua umumnya KH Moch Zaim Ahmad Ma’shoem mengatakan dalam syariat Islam, tak ada batas usia bagi calon pemimpin. Hal itu disampaikannya menanggapi putusan MK mengenai batas usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). 

Zaim berpendapat dalam syariat Islam, pemimpin baik nasional maupun daerah tidak ada batas usia, yang membatasi hanyalah sudah baligh atau belum.

“Kami sampaikan, tidak dalam kapasitas politik, keputusan MK itu adalah haknya untuk memutuskan. Bahwa kami perspektifnya adalah syariat, bahwa dalam Islam, nasional atau regional atau lokal itu tidak ada standar umur, ini syariat yang ada adalah baligh,” ujarnya ditemui saat pelantikan MP3I di Surabaya, Rabu (18/10/2023).

Diam-diam Jokowi Ketemu Kiai Sepuh

Terbaru, Minggu (22/10/2023), Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan tertutup dengan 20 kiai sepuh atau kiai khos di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya, Jawa Timur.

"Sejak awal kami nyatakan pertemuan ini tertutup, kalau ditanya apa yang jadi agenda, tidak ada. Kecuali silaturahim antara Presiden dan para kiai sepuh," kata Ketua PCNU Surabaya, Habib Umarsyah kepada wartawan.

Terkait hal yang dibahas selama pertemuan, Umar tak mau menjelaskan. Dia kembali menegaskan kalau pertemuan berlangsung tertutup. Tapi yang jelas, dalam pertemuan ia menekankan, tidak ada pembahasan politik.

"Tidak ada yang bisa dibahas, kecuali silaturahim, pembicaraan tertutup jadi saya tidak bisa memberikan statement apa pun, kecuali menyatakan itu adalah silaturahim," ucap dia.

"Saya nyatakan itu tertutup, tidak disinggung masalah politik," tambah Umar menegaskan.

Lebih lanjut, Umar tidak menampik kalau dalam pertemuan itu kiai memberikan masukan dan pesan kepada Jokowi selagi masih memimpin Indonesia. Hanya saja, dia menegaskan tidak mau mengungkapkannya lebih jauh.

"Ya sebagai forum silaturahim isinya saling memberikan pesan. Bisa menyelesaikan rencana pembangunan yang sudah ditetapkan, harapannya itu," ujar dia.

Syariat Islam soal Batas Usia Capres/Cawapres

Sebelumnya, pernyataan Ketua umum Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren se Indonesia (MP3I) bikin geger jagat politik nasional. 

Ihwalnya adalah pendapat KH Moch Zaim Ahmad Ma’shoem yang mengatakan dalam syariat Islam, pemimpin baik nasional maupun daerah tidak ada batas usia, yang membatasi hanyalah sudah baligh atau belum.

“Kami sampaikan, tidak dalam kapasitas politik, keputusan MK itu adalah haknya untuk memutuskan. Bahwa kami perspektifnya adalah syariat, bahwa dalam Islam, nasional atau regional atau lokal itu tidak ada standar umur, ini syariat yang ada adalah baligh,” ujar Zaim.

Ia mencontohkan sosok Imam Syafi’i yang menjadi mufti saat usianya menginjak 15 tahun, sehingga menurutnya, tak ada relevansi umur dalam kepemimpinan.

“Di dalam Islam, ke pemimpinan itu adalah orang yang selain baligh, kemudian punya hak mulia,” terang dia.

Zaim kemudian mengutip kata Rasulullah, Muhammad SAW bahwa pemimpin bukan merupakan orang terpandai. Melainkan orang yang memiliki akhlak terbaik.

“Karena kata Rosulullah, bahwa pemimpin itu bukan orang yang terpandai diantara kita, tetapi orang yang terbaik akhlaknya diantara kita,” sebutnya.

Selain menontohkan Imam Syafi’i, ia juga mencontohkan Umar bin Abdul Aziz yang menjadi mujaddid pertama dalam sejarah Islam. Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah saat usianya menginjak 35 tahun.

“Ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada relevansi umur dengan kepemimpinan, yang penting dia berakhlakul karimah dan punya kemampuan memimpin,” pungkas dia.

Seperti diketahui, MK telah mengabulkan sebagaian gugatan tentang syarat capres dan cawapres tentang syarat batas umur. Dalam putusan itu, seorang yang pernah menjadi kepala daerah atau sedang menjadi kepala daerah bisa menjadi capres dan cawapres meski usianya belum 40 tahun. 

Gibran Jadi Bakal Cawapres Diusung Golkar

Dalam kontestasi jelang Pilpres 2024, Informasi terkini menyebutkan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang baru berusia 36 tahun telah menerima surat keputusan (SK) rekomendasi sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) dari Partai Golkar pada Sabtu (21/10/2023). 

"Acara hari ini sudah di rapat plenokan dan Partai Golkar mendukung Mas Gibran sebagai bakal calon presiden dari Golkar," kata Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar di Kantor DPP Golkar. 

Airlangga mempersilakan Gibran naik ke podium untuk menerima SK tersebut. Penyerahan rekomendasi itu didampingi Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.

"Siap lahir batin memenangkan Mas Gibran," ujar dia. 

Di sela-sela Rapimnas, Airlangga memperkenalkan elite Partai Golkar dan kader Golkar umur di bawah 40 tahun kepada Gibran.

Airlangga juga menyinggung pembicaraannya dengan Prabowo Subianto bahwa pada saat pemerintahan Indonesia pertama kali, Perdana Menteri Sutan Syahrir umurnya 36 tahun.

Adapun Keputusan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar tanggal 21 Oktober 2023, yakni tentang penetapan calon presiden dan wakil presiden dari Partai Golkar dalam Pemilu 2024.

Penilaian Prabowo 

Sementara itu, bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto mengaku tak mempermasalahkan sosok Gibran Rakabuming Raka yang dinilai mewakili anak muda untuk maju mendampinginya pada perhelatan Pilpres 2024.

Ia menilai usia Gibran yang terbilang masih muda tak menghalanginya sebagai langkah mendampinginya sebagai bacawapres di perhelatan Pilpres 2024.

"Anak muda mampu, saudara-saudara sebenarnya bukan masalah usianya muda atau tua tapi masalah jiwa, apakah jiwanya tulus ikhlas mau mengabdi kepada bangsa dan negara atau tidak kuncinya itu," kata Prabowo.

Prabowo menuturkan banyak tokoh muda yang sempat mengemban jabatan penting selama perjalanan Republik Indonesia berdiri. Semisal, ayahandanya sendiri, Soemitro Djojohadikoesoemo yang menjadi Menteri Keuangan di usia 31 tahun.

Tak hanya itu, ia juga menyebut sosok Panglima Besar Jenderal Sudirman saat menjadi pemimpin Perang Gerilya yang tengah menginjak usia 29 tahun.

"Tadi Ketua Umum Partai Golkar menyebut Sutan Sjahrir Perdana Menteri usia 36 tahun, orang tua saya sendiri waktu itu adalah Pembantu Asisten Perdana Menteri usia 28 tahun, orang tua saya sendiri Menteri Keuangan usia 31 tahun, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia waktu itu masih bernama Tentara Keamanan Republik Indonesia usia 29 tahun pada saat memimpin Perang Gerilya," ungkap Prabowo.

Di sisi lain, sinyal dirinya menerima duet dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi disebutnya sebagai langkah regenerasi kepemimpinan. Dirinya percaya dengan pengkaderan yang baik regenerasi kepemimpinan juga berjalan maksimal.

"Baik generasi saya dan yang lebih muda, saya lihat di sini adalah komitmen pada kesinambungan. Kami adalah generasi yang suatu saat tidak lama lagi kami harus meninggalkan panggung tapi kami ingin meninggalkan panggung pada saat generasi penerus siap untuk tampil. Dan tadi kata Pak Airlangga kapan lagi? Kalau kita tidak berani mengkaderkan anak-anak muda untuk pada saatnya dibutuhkan," pungkasnya. (zaz/raa/gol/nsi/ito)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
05:29
01:44
01:26
01:31
02:50
03:27
Viral