- tvOne
Viral Debat Panas Qodari ke Guntur Romli: Kalau Enggak Ngerti Survei Enggak Usah Banyak Omong
Jakarta, tvOnenews.com - Perdebatan sengit terjadi dengan melibatkan poliitkus PDI Perjuangan (PDIP) Guntur Romli dengan pengamat sekaligus Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari. Adu Argumen diawali keraguan Guntur terhadap survei yang dilakukan Qodari.
Guntur dalam paparanya di Catatan Demokrasi tvOne, survei ada yang bisa dipercaya dan tidak. Menrut dia, untuk survei yang dipercaya, maka bisa diterima sebagai masukan.
Namun, ia heran saat ini karena seperti tak ada perbedaan antara ilmuwan politik dengan konsultan politik.
Lalu, ia menyinggung hasil survei versi Indo Barometer soal Pilpres 2024 berpotensi satu putaran dengan pemenangnya pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Guntur juga mengutip omongan peneliti SETARA Institute Ismail Hasani soal lembaga survei. Kata dia, lembaga survei membentuk frame dengan memainkan sebuah isu yang diinginkan untuk diarahkan.
Dia bilang, hal itu juga pertanyaan yang muncul di masyarakat terkait pemahaman terhadap lembaga survei.
"Apakah dia lembaga survei atau konsultan politik atau dia ilmuwan politik atau dia seorang buzzer politik," kata Guntur dikutip pada Selasa malam (21/11/2023).
Presenter acara lalu beri kesempatan kepada M Qodari untuk menanggapi pernyataan Guntur. Dia menuturkan survei itu menyangkut banyak lembaga.
Bagi Qodari, jika banyak lembaga menunjukkan hasil yang sama, tentunya bisa disimpulkan bahwa situasi dan kondisi seperti itu.
"Saya ulangin yang namanya lembaga survei itu bukan kali ini saja, sudah setiap pemilu ada, tiap pilkada ada," ujar Qodari.
Dia juga menyebut lembaga survei saat ini masih dibaca masyarakat. Lalu, hasil survei politik juga masih dikutip media massa dan didengarkan partai politik.
"Karena survei itu punya kemampuan menangkap realita di lapangan," sebut Qodari.
Ia meminta Guntur tak menilai survei secara subjektif lantaran hasilnya yang mungkin tak sesuai harapannya. Menurut dia, jika tak setuju survei yang dilakukan pihaknya maka dijawab dengan riset survei.
"Gak perlu repot-repot pusing-pusing," lanjut Qodari.
Qodari pun heran dengan Guntur yang ikut membawa-bawa SETARA Institute.
"Pertanyaan saya, dia ngerti survei nggak? Kalau gak ngerti survei, gak usah banyak omong!" sebutnya.
Giliran Guntur yang merespons dengan memotong penjelasan Qodari.
"Yang saya pertanyakan, ini ahli survei atau buzzer politik," ujar Guntur.
"Loh, loh, loh," kata Qodari dengan nada heran.
Menurut Guntur, dirinya mempertanyakan Qodari ilmuwan politik atau konsultan politik. Sebab, ia menduga Qodari ada conflict of interest.
Qodari pun menjawab tuduhan Guntur. Dia bilang jika bicara survei, mau yang terpenting adalah data merujuk metodologi objektif. Dengan demikian, hasilnya nanti objektif.
"Kalau Anda melakukan survei tidak objektif itu sama saja Anda menembak kaki Anda sendiri," ujar Qodari.
"Itu namanya bodoh. Nah, saya gak mau jadi orang bodoh, saya orang pintar, Insha Allah," kata Qodari.
"Tapi, nyatanya tidak semua," jawab Guntur.
Guntur melanjutkan omongannya soal survei itu terkait etika. Bagi dia, mestinya sebagai ilmuwan politik dan konsultan politik harus dibedakan.
Qodari merasa bingung dengan pernyataan Guntur. Namun, keduanya masih berdebat dengan mempertahankan argumennya.
Tak lama kemudian, presenter acara pun menyudahi perdebatan keduanya dengan memberikan narasumber lain untuk bicara. (ebs)