- istimewa
Komika Diduga Hina Nabi, Sikap Tim Anies Dinilai Bikin Blunder
Jakarta, tvonenews.com - Perlu diwaspadai bahaya pembelahan masyarakat akibat isu sensitif. Kasus Ahok di Pilkada DKI Jakarta harus menjadi bahan pelajaran.
Demikian disampaikan Pakar Komunikasi, Selamat Ginting, menanggapi kasus dugaan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW di acara yang dihadiri Anies Baswedan di Lampung.
Komika Lampung, Aulia Rakhman, yang mengisi acara itu dituding menghina Rasulullah SAW.
Belajar dari kasus Ahok di Pilkada DKI Jakarta beberapa tahun lalu, kata Ginting, terjadi pembelaan yang luar biasa di masyarakat. Kasus Ahok harusnya menjadi pelajaran yang luar biasa.
“Jangan masuk ke wilayah sensitif di tahun politik, karena kita sudah mengalami pembelahan sejak 2014. Dan itu riil,” kata Ginting melalui keterangan tertulis, Minggu (10/12/2023).
Pembelahan di masyarakat ini, menurut pakar komunikasi ini, sudah coba dibenahi Prabowo Subianto, dengan masuk ke kabinet Jokowi.
“Masuknya Prabowo itu kan sebenarnya tujuannya meminimalisasi pembelahan di masyarakat. Jangan diperlebar lagi di tahun politik, yang nantinya bisa menjadi sesuatu yang kontraproduktif,” ungkap dia.
Partai politik diminta Ginting untuk mengingatkan para penghibur acara dan aktor-aktor agar jangan masuk ke wilayah sensitif.
“Mereka harus belajar dari kasus pembelahan masyarakat akibat pemilu. Sudah 9 tahun. Mau terjadi lagi?” ungkapnya.
Ginting juga melihat, pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali yang membela Aulia, justru merupakan langkah blunder.
Persoalan Aulia yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad SAW di acara yang dihadiri Anies Baswedan, menurut Ginting, sebenarnya sudah selesai ketika Aulia meminta maaf dan mengakui kekeliruannya.
“Tinggal kemudian partai (tims sukses Anies, Red) atau penyelenggara tinggal menjelaskan ke publik dan meminta pada para komika agar jangan masuk ke wilayah politik,” ungkap Ginting.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali merespons Komika asal Lampung Aulia Rakhman yang dilaporkan ke polisi. Menurut dia, semua orang tua ingin memberi nama terbaik bagi anaknya. Tapi Ahmad mengamati tak semua orang yang menggunakan nama baik juga berperilaku baik. Sehingga menurut Achmad, materi Aulia didasarkan pada fakta di masyarakat.
"Dalam perjalanannya ada banyak kita temukan makna nama orang itu tidak sesuai dengan perbuatannya. Sehingga yang disebut komika tersebut dalam konteks faktualnya ya kita temukan hal seperti itu. Ada Mathius yang dipenjara, ada Ibrahim dipenjara, Achmad. Terus kemudian apakah fakta-fakta itu kita bantah? Menurut saya fakta itu nyata adanya," kata Ahmad, Sabtu (9/12/2023).(ito)