- IST
CSIIS Membaca Arah Politik PKB Pascapemilu
Jakarta, tvOnenews.com - Satu pekan setelah pemilu, situasi politik tampak normal cenderung landai. Riak-riak gerakan massa di Bawaslu maupun KPU, terkendali dan tercover oleh unit-unit pengamanan reguler tanpa melibatkan kekuatan cadangan.
Direktur Eksuktif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Dr Sholeh Basyari mengungkapkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menikmati hasil positif dari faktor dan aspek Anies Baswedan (bukan Muhaimin) sebagai capres yang diusung PKB. Disebut faktor Anies Baswedan, sebab di basis-basis Anies, basis Islam kanan, Jawa barat, DKI dan Banten, PKB menambah kursi, "pecah telur" dan otomatis meningkat tajam perolehan PKB secara nasional.
"Pada fenomena yang sama, secara lebih detail, captive market juga menyasar meluas ke basis-basis di luar NU. Priangan Timur (Tasikmalaya dan sekitarnya) serta Priangan Barat (Sukabumi dan sekitarnya), adalah kantong-kantong mantan kombatan DI/TII. Artinya secara geopolitik selama ini, daerah-daerah itu adalah wilayah kekuasaan PKS. Partai yang mempresentasikan politik kanan. Sama halnya dengan Banten. Di Banten bahkan sel-sel DI/TII masih "aktif". Dengan analisis geopolitik seperti ini, mudah bagi kita untuk mengukur bahwa sejatinya tidak ada peran Muhaimin sebagai ketum PKB, dalam mendongkrak suara PKB di daerah-daerah tersebut," katanya, Kamis (22/2/2024).
Selain itu, menurutnya Resources caleg yang kuat. Sementara dominasi PKB di Jatim lebih karena faktor, sumber daya para calegnya yang kuat, petarung dan tingkat ketokohan yang diterima publik luas. Rusdy Kirana di Jatim VIII, syaikhul Islam Ali Masyhuri dan Arzeti Bilbina, Halim Iskandar, Hanif Dhakiri, Ana Muawanah, Jazilul Fawaid, Fathan Subki, Kadir Karding, Marwan Jakfar, adalah profil sejumlah figur kuat dari sisi dana, keumatan dan birokrat.
"Tetapi ada fenomena lain selain melonjaknya suara PKB secara nasional, justru dibarengi dengan menurunnya
suara PKB di Jateng. Artinya, kenaikan PKB di Jatim dan turunnya PKB di Jateng, sama-sama terlepas dari aspek Muhaimin," katanya.
Seperti disebut sekjen PBNU Saifullah Yusuf, peran para kyai dalam menjaga dan mendongkrak suara PKB juga signifikan. Kyai Nurul Huda Jazuli, Ploso Kediri, yang menyebut PKB dan NU dengan "huwa huwa" dia (PKB) adalah dia (NU), adalah kerja politik nyata dalam menjaga captive market PKB.
"Perolehan pasangan Amin pada pilpres yang tidak linier dengan kenaikan suara partai, menandakan secara idiologis pilihan cak Imin bergabung dengan Anies, ditolak oleh Nahdliyin. Seperti kita ketahui, menyatukan basis idiologis NU yang mendukung PKB dengan basis ideologis pendukung Anies yang kanan seperti menyatukan minyak dan air, dua senyawa yang mustahil ber-chemistry," ucapnya. (ebs)