Ilustrasi- Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggunakan pesawat radio saat memadamkan kebakaran lahan..
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ Nova Wahyudi/tom/aa

Berbahaya, Kasus Karhutla Kepung Pulau Sumatera, Mohon Semua Warga Waspada

Rabu, 20 Maret 2024 - 11:15 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari melaporkan kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Dia mengaku dari data yang didapatkan instansinya karhutla mulai ditemukan melanda wilayah Kabupaten Bener Meriah (Aceh), Asahan (Sumatera Utara) dan Kota Dumai (Riau).

Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru diketahui titik karhutla juga melanda sejumlah daerah lainnya; Sumatera Barat (sembilan titik), Bengkulu (14 titik), Sumatera Selatan (enam titik), Kepulauan Riau (enam titik), Jambi (enam titik), Bangka Belitung (satu titik).

“Karhutla di daerah-daerah itu sudah mulai ditemukan sejak 12 Maret lalu beruntung api bisa segera dipadamkan,” ujar Abdul Muhari di Jakarta, Rabu (20/3/2024).

Hal demikian membuktikan saat ini fenomena atmosfer Madden Julian Oscilliation (MJO) sudah mulai bergerak meninggalkan Pulau Sumatera.

Pergerakan MJO itu membuat cuaca wilayah Sumatera berubah signifikan dari sebelumnya sebagian besar daerah mengalami peningkatan intensitas hujan dan beberapa kali dilanda bencana banjir dan tanah longsor, kini menjadi cukup kering sehingga rentan terjadi kebakaran.

“Jadi fokus penanggulangan bencana saat ini juga sudah harus mengarah pada penanganan karhutla jangan sampai meluas,” jelasnya.

BNPB lantas mengimbau setiap kepala daerah untuk responsif menanggapi peralihan cuaca tersebut; seperti dengan segera menetapkan status siaga darurat karhutla khususnya daerah yang rawan.

BNPB juga melakukan upaya mitigasi dan penanganan darurat di daerah bisa berjalan secara maksimal.

Salah satu yang sudah dilakukan bisa yaitu seperti menyiagakan petugas untuk melakukan pembasahan pada lahan mineral dan gambut sehingga tidak mudah tersulut cuaca panas selama masa transisi ini.

"Ya, tidak mesti menunggu puncak musim kemarau yang diprediksi berlangsung pada Juli-Agustus nanti," tuturnya.(ant/lkf)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
05:48
Viral