- Pexels/Polina Tankilevitch
Waspada! Ternyata Maraknya Kasus DBD 2024 di Indonesia karena Faktor Perubahan Cuaca, Banyak Gejala Varian Baru
Di mana harus penyakit yang tidak dapat diketahui langsung cepat terdeteksi dengan baik. Maupun yang bersifat menular lewat binatang atau dari lingkungan.
Ditambah, perubahan iklim atau cuaca juga menjadi faktor yang berbahaya terhadap lingkungan, membuat nyamuk mematikan pemicu DBD tersebut semakin liar.
Membuat pihaknya harus menangani, karena selain dampak dari perubahan cuaca juga dapat memicu adanya kekeringan yang dapat mengganggu pelayanan kesehatan.
"Perubahan iklim tak hanya membebani pelayanan kesehatan, karena membuat kasus semakin naik dan naik, tetapi kami juga menimbang bahwa perubahan iklim akan membebani sistem kesehatan. Sebagai contoh, kekeringan," paparnya.
Bisa diambil contoh saat desa mengalami kekeringan, yang membuat orang-orang dari perkampungan pindah ke kota.
Tentunya situasi yang ada di kota semakin padat dan dijadikan pertimbangan dalam menambah jumlah kasus yang terus meningkat.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam acara Arbovirus Summit disiarkan Kemenkes menganggap penyakit yang bersifat arboviral.