- IST
Kisah Menyentuh Hercules Nyaris Mati di Dunia Hitam dan Kini Rajin Puasa dan Sedekah, Ternyata Ini Alasan Hercules Hijrah
Jakarta, tvOnenews.com - Mantan dedengkot preman Tanah Abang, Rosario de Marshall alias Hercules pernah malang melintang di dunia hitam. Ia pernah menjadi gelandangan hampir 15 tahun dan telah merasakan pahit manisnya dunia hitam bermodal keberanian.
Sebelumnya, Hercules bekerja di suatu tempat pendidikan militer. Gaji yang diperoleh tidak seberapa. Lalu akhirnya keluar dan memilih menjadi gelandangan.
“Karena daerah Lambak Hitam ini tinggal tergantung kitanya aja. Kita kalau berani mati ya pasti Lambak Hitam itu dikuasai sama kita,” kata Hercules membagikan ceritanya di depan santri Pesantren Ora Aji yang diasuh Gus Miftah, dikutip dari YouTube Gus Miftah Official, Sabtu (4/5/2024).
“Tentunya daerah Lambak Hitam ini ada macam-macam. Ada judi, ada tempat minuman-minuman, banyak orang mabok-mabok, (termasuk prostitusi). Tapi di dalam itu hampir setiap malam mati. Perkelahian, pembunuhan, setiap malam itu terjadi,” cerita Hercules.
Selama menggelandang, uang yang didapat Hercules berasal dari perjudian. Jika berani bertarung dan menang, maka dia akan dikenal dan pasti mendapat jatah besar dari perjudian itu.
Hercules dan Gus Miftah (YouTube)
Meski menjadi preman yang disegani lawan, selama menggelandang belasan tahun ia sangat pantang mencopet, mencuri, menipu, apalagi memeras. Bahkan, ia pernah bersaksi di pengadilan, “Kalau saya pernah meras orang, saya siap dihukum mati saat itu juga,” katanya.
Dianiaya, dikeroyok hingga ditembak sering dialami Hercules hampir setiap malam. Pengalaman-pengalaman kelam ini tak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya.
“Pernah ditembak satu meter sampai beberapa peluru, tapi itu bukan sekali, ada beberapa kali. Termasuk salah satu mata sebelah kanan enam peluru,” kata Hercules.
Gus Miftah penasaran, “Kenapa dibacok dan ditembak berkali-kali tapi Maung tidak mati-mati? Ilmunya apa?”
Pengeroyokan, pembacokan, bahkan penembakan sering dialami Hercules hampir setiap malam. Pengalaman-pengalaman kelam ini tak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya.
“Pernah ditembak satu meter sampai beberapa peluru, tapi itu bukan sekali, ada beberapa kali. Termasuk salah satu mata sebelah kanan enam peluru,” kata Hercules.
Gus Miftah penasaran, “Kenapa dibacok dan ditembak berkali-kali tapi Maung tidak mati-mati? Ilmunya apa?”
Akhirnya Hercules memutuskan hijrah dan menjadi kisah mualaf. Sejak itu, ia mengenal Islam dan mempelajari agamanya lebih dalam lagi.
“Setelah saya mualaf, tahun 90 saya sudah mulai belajar-belajar. Belajar doa, belajar sholat. Jadi ya mulai kita ingat, karena umur semakin ke sana bukan makin berkurang menjadi muda, umur makin bertambah menjadi tua. Karena di situlah kita sadar bahwa kita hidup ini sementara, kita gak akan hidup selama-lamanya,” tuturnya.
“Hidup sementara di dunia ini pasti ada dosa yang sengaja diperbuat dan tidak sengaja diperbuat. Kalau memang Allah masih (memberi) kita kesempatan untuk kita perbaiki, memberikan kesehatan, untuk kita berubah langkah-langkah dari yang tidak baik menjadi baik, kita harus tahu bahwa hidup ini sementara,” kata Hercules.
Hercules kini rajin puasa dan bersedekah. Ia sering menyantuni anak-anak yatim. Bagi dia, sedekah bukan mengurangi rezeki, justru rezeki semakin bertambah. (ebs)