- Mario Sofia Nasution-Antara
Terungkap, Pelaku Penganiayaan Taruna STIP Sempat Panik dan Berusaha Tolong Korban dengan Menarik Lidahnya
Jakarta, tvOnenews.com - Terungkap, pelaku penganiayaan kepada taruna junior di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) ternyata sempat berusaha membantu korban namun gagal dan akhirnya meninggal.
Peristiwa penganiayaan yang terjadi di STIP terhadap korban Putu Satria (19) sudah menemukan titik terang. Seorang senior bernama Tegar Rafi Sanjaya (TRS) ditetapkan sebagai tersangka.
Belakangan pihak kepolisian mengungkap motif serta penyebab korban akhirnya harus meninggal usai dianiaya oleh senior di kamar mandi STIP.
Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Utara, AKBP Hadi Saputra Siagian mengatakan penyebab taruna STIP tersebut meninggal karena terkena pukulan di bagian perut.
Pukulan dari senior yang terjadi di kamar mandi STIP itu mengenai ulu hati korban hingga merusak jaringan paru-paru.
"Luka lebam yang tepatnya ada di atas perut ya bagian dada, itu yang merusak jaringan paru-paru," ujar Hadi.
Selain itu, terdapat kejadian lain yang mempercepat kematian korban yakni saat pelaku mencoba menolong ketika taruna junior itu tumbang.
Dijelaskan Hadi, pelaku sempat panik saat melihat korban tumbang akibat menerima pukulan.
Di kamar mandi STIP, saat itu terdapat taruna tingkat satu lainnya. Pelaku langsung menyuruh para juniornya itu pergi sementara ia berusaha menolong korban.
"Dia (pelaku) berusaha memberi bantuan dengan cara memasukkan tangannya ke mulut (korban) kemudian menarik lidahnya," kata Hadi menjelaskan.
Namun, usaha tersebut justru membuat kondisi korban semakin parah. Akibat ditarik secara paksa, membuat pernapasan tertutup hingga korban meninggal.
"Organ pernapasan atau oksigen tertutup, oksigen itu tidak masuk sesuai dengan biasa ya, jadi itu," kata dia lagi.
Ketua STIP Klaim Tidak Ada Perpeloncoan
Ketua STIP Ahmad Wahid mengatakan di sekolah yang ia pimpin sudah tidak ada perpeloncoan.
Adapun aksi penganiayaan itu disebut Ahmad sebagai masalah orang perseorangan.
"Tidak ada budaya perpeloncoan di kampus ini dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan," kata dia menjelaskan.
Selama satu tahun menjabat, lanjut dia, tidak pernah ada budaya perpeloncoan antara senior kepada junior.
"Budaya itu sudah kami hilangkan, itu murni person to person," ujar Ahmad menambahkan. (iwh)