- Kolase tvOnenews.com
Kisah Pilu Putu Satria Ananta Semasa Jalani Pendidikan di STIP Jakarta Utara Hingga Berujung Tewas
Jakarta, tvOnenews.com - Polisi terus mengusut kasus kematian Putu Satria Ananta selaku Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta Utara usai dianiaya sejumlah seniornya.
Sang keluarga yang menitipkan anak dalam mengenyam pendidikan di STIP Jakarta Utara pun kini hanya dapat pasrah dengan keadaan.
Air mata yang dikeluarkan ibunda dari Putu yakni Ni Nengah Rusmini seakan mengering seiring rasa duka yang mendalam dirasakannya.
Cita-cita melihat sang anak lulus dari jenjang pendidikan yang tengah ditempuhya pupus sudah.
Sang anak harus dipulangkan lebih dulu oleh STIP Jakarta Utara ke pangkuan orang tuanya dengan kondisi tubuh kaku tak bernyawa.
"Saya seorang ibu yang putranya meninggal setelah mendapat keji akan terus menuntut keadilan," kata Rusmini kepada awak media, Jakarta, Jumat (10/5/2024).
Putu Satria Curhat dengan Sang Kekasih Saat Jalani Masa Pendidikan
Setelah tewas dianiaya sejumlah seniornya, sejumlah pengalaman pahit Putu saat menjalani masa pendidikan di STIP Jakarta Utara perlahan terkuak ke publik.
Putu tak henti-hentinya mencurahkan perjalanan masa pendidikannya di STIP Jakarta Utara kepada kekasih hati.
Bukan kisah manis yang dibagikan, melainkan sejumlah insiden memilukan dirinya di lingkungan sekolah kedinasan tersebut.
Tak sempat berjumpa, Putu hanya mampu membagikan kisahnya ke pujaan hatinya melalui pesan WhatsApp.
"Betul (isi percakapan tersebut-red)," kata kuasa hukum keluarga korban, Tumbur Aritonang saat dikonfirmasi awak media, Jakarta, Jumat (10/5/2024).
Tak hanya sekedar tulisan yang dikirimkan, Putu mengirimkan sejumlah foto tubuhnya dalam percakapan itu.
Foto tubuh penuh luka yang dikirimkan Putu itu membuat kekasih hati tak kuasa berkata-kata.
"Ada saja aku dipanggil terus sama senior, dipukulin terus-terusan sakit dadaku, ulu hati terus yang diincar," ungkapnya.
Percakapan Putu dengan sang kekasih hari itu semakin mengiris hati keluarga yang ditinggalkan.
Sebab di masa-masa pendidikannya, Putu justru menjadi sasaran perilaku beringas sejumlah seniornya.
"Jadi dia sering diincer sama seniornya," katanya.
Tradisi 'Ngawur' STIP Jakarta Utara Jadi Biang Keladi Kasus Kematian Seorang Mahasiswa
Polres Metro Jakarta Utara menguak kasus kematian Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) berinisial P usai ditanyai sejumlah seniornya.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan kasus penganiayaan itu didapati akibat adanya tradisinpada lingkungan pendidikan tersebut.
Tradisi yang dimaksud berupa hukuman korban yang telah melanggar aturan pada lingkungan pendidikan itu.
Menurutnya aksi penganiayaan yang disebut sebagai tradisi itu dialami korban bersama keempat rekannya.
"Korban bersama 4 rekannya, ada yang menyebut sebagai tradisi taruna ada penindakan terhadap junior, karena dilihat ada yang salah menurut persepsi senior. Sehingga dikumpulin di kamar mandi," kata Gidion kepada awak media, Jakarta, Sabtu (4/5/2024).
"Di kamar mandi itu ada 5 orang, korban adalah yang mendapatkan pemukulan pertama, dan yang 4 belum sempat," sambungnya.
Sementara itu, Polres Metro Jakarta Utara telah menetapkan empat orang pelaku aksi penganiayaan hingga menewaskan seorang Mahasiswa STIP
Keempat pelaku itu yakni Tegar Arif Sanjaya (TRS), FA alias A, KAK alias K, dan WJP alias W.
Diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Jakarta Utara berinisial P (19) dilaporkan tewas usai dianiaya seniornya.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan semula kasus penganiayaan itu didapati kepolisian usai adanya aduan P yang tewas di RS Taruna Jaya.
"Jadi awalnya kami Polres Metro Jakarta Utara menerima LP meninggalnya seseorang berinisial P. Pada waktu kondisi meninggal ini ada di RS Taruma Jaya, Yang bersangkutan adalah salah satu siswa tingkat 1 STIP," kata Gidion saat dikonfirmasi awak media, Jakarta, Jumat (3/5/2024). (raa)