- Antara
Terkuak, Awal Mula Kasat Narkoba Polres Blitar Ketahuan Positif Amfetamin
Jakarta, tvOnenews.com - Kasat Narkoba Polres Blitar, Jawa Timur Iptu S terbukti positif narkoba atau amfetamin.
Kasi Humas Polres Blitar Iptu Heri Irianto mengatakan bahwa hal tersebut berdasarkan hasil tes urine dari Kasat Narkoba Polres Blitar.
"Sekarang yang bersangkutan lagi menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Kondisi terakhir sudah di yanma (bagian pelayanan masyarakat) Polda Jatim," kata Iptu Heri Irianto dilansir dari Antara, Minggu (2/6).
Heri menjelaskan,terungkapnya kasus tersebut berawal dari pemeriksaan yang dilakukan kepada anggota pada Jumat (24/5).
Saat itu kapolres mengetahui ada gelagat yang kurang pas sehingga meminta dilakukan tes urine pada anggotanya.
Hasilnya, tes urine dari Kasat Narkoba Polres Blitar Iptu S ada kandungan zat Amfetamin.
"Yang bersangkutan ada gelagat kurang pas dalam arti aneh. Dari pemeriksaan kesehatan tes urine didapati positif. Yang dites ada lima termasuk beliau dan yang positif beliau saja," ujarnya.
Untuk saat ini, jabatan Kasat Narkoba Polres Blitar akan ditangani Polda Jatim dan akan digantikan yang lain. saat ini tinggal menunggu serah terima jabatan.
Kasat Narkoba Polres Blitar Iptu S menjabat sekitar 7 bulan di Polres Blitar.
Sementara itu, terkait barang bukti hingga kini memang belum ditemukan walaupun hasil tes urine Kasat Narkoba Polres Blitar dinyatakan positif terdapat kandungan zat Amfetamin.
Dikutip dari laman bnn.go.id, bahwa zat Amfetamin ini dikenal memiliki efek stimulan yang merupakan jenis narkoba untuk memacu kerja otak dan meningkatkan aktivitas tubuh.
Amfetamin merupakan senyawa farmakologis berbahaya yang dapat menyebabkan ketergantungan pada penggunanya.
Bentuknya ada beragam berupa bubuk putih, cokelat, kuning, bubuk kristal putih, atau tablet.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika menyebutkan bahwa Amfetamin termasuk jenis psikotropika golongan II Psikotropika merupakan zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, melainkan memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas normal dan perilaku (UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). (ant/dpi)