- istimewa - Antara
Buntut Wabah Mematikan, Dinkes Jakarta akan Lepas Nyamuk Wolbachia
Jakarta, tvOnenews.com - Buntut maraknya wabah mematikan seperti demam berdarah (DBD). Kini, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) DKI Jakarta, Ani Ruspitawati akan lakukan upaya penanganannya.
Bahkan dia katakan, saat ini DBD sudah mulai menurun. Namun, kata dia, salah satu upaya untuk penanganan DBD ini, Dinkes Jakarta, selain selama ini sudah dilakukannya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di sejumlah wilayah.
Kemudian, saat ini Pemprov DKI Jakarta berencana melepaskan nyamuk Wolbachia yang dapat mengurangi nyamuk untuk bertelur.
"Mungkin ini menjadi salah satu upaya mengendalikan angaka DBD di jakarta, terutama di wilayah Jakarta Barat."
"Namun sekarang belum kita mulai, masih persiapan, dan nantinya kita pastikan bahwa semuanya siap, termasuk masyarakat siap membantu kita," ujar Ani.
Dia katakan juga, rencananya pelepasan nyamuk Wolbachia itu akan digelar di Jakarta Barat. Namun, Ani belum bisa memastikan waktu pelepasan nyamuk itu.
Kemudian dia mengimbau kepada rakyat Jakarta tetap menjaga lingkungannya.
"Karena menjaga lingkungan itu adalah tanggung jawab semua orang, baik lingkungan kerja dan lingkungan rumahnya," bebernya.
Sebelumnya diberitakan, Perubahan iklim secara signifikan ternyata berpengaruh terhadap peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Barat.
"Kesesuaian iklim berpengaruh signifikan terhadap angka kasus DBD," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat (Kasudinkes Jakbar), Erizon Safari di Jakarta, Jumat.
Penegasan tersebut karena kasus DBD di daerah itu pada Mei 2024 mencapai 777 kasus.
Ia menjelaskan, iklim yang terus menghangat serta intensitas hujan yang meningkat juga secara simultan meningkatkan perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan praktisi cuaca dan iklim ekstrem BMKG Siswanto pada Kamis (6/6) bahwa kenaikan suhu permukaan Jakarta lebih kuat dibandingkan laju kenaikan suhu global dan regional yang kemudian berpengaruh juga pada peningkatan curah hujan.
Menurutnya, iklim Jakarta telah berubah signifikan seiring dengan pertumbuhan kota sehingga berimplikasi terhadap peningkatan suhu permukaan sebesar satu derajat celsius yang dapat meningkatkan curah hujan sebesar 14 persen.
Lebih lanjut, Erizon mengatakan bahwa pada Januari 2024, kasus DBD di Jakbar berjumlah 94 kasus, kemudian meningkat drastis pada Februari dengan 249 kasus dan meningkat lagi pada Maret dengan 629 kasus.
"Kemudian sedikit meningkat pada April dengan 797 kasus, itu puncaknya DBD dan turun lagi pada Mei dengan 777 kasus," kata Erizon.
Sementara itu pada 2023, kasus DBD pada Januari berjumlah 132 kasus, kemudian menurun pada Februari dengan 94 kasus lalu kembali meningkat pada Maret dengan 105 kasus dan meningkat lagi pada April dengan 125 kasus.
Menurut Erizon, jumlah penderita kumulatif terbanyak berada di Kecamatan Cengkareng, Kalideres dan Kembangan.
"Jumlah penderita kumulatif terbanyak di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, Kembangan, usai 20-45 tahun," kata dia.
Erizon tetap menyarankan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dua kali dalam seminggu untuk menekan perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
"Pemberantasan sarang nyamuk dua kali seminggu," kata Erizon. (aag)