Ilustrasi - Sejumlah mahasiswa melakukan unjuk rasa di Bangladesh..
Sumber :
  • ANTARA/Nazmul Islam/Shutterstock

Lebih Parah dari Indonesia, Ratusan Korban Unjuk Rasa Tewas Bergelimpangan di Bangladesh

Minggu, 28 Juli 2024 - 11:26 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Ratusan pengunjuk rasa dilaporkan meninggal dunia akibat luka tembak buntut protes mahasiswa anti-kuota pekerjaan publik di ibu kota Dhaka.

Berdasarkan laporan Anadolu, pihak rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Dhaka Medical College (DMCH) dan pos polisi rumah sakit yang khusus memberikan informasi, menolak memberikan informasi terbaru.

Namun surat kabar lokal berbahasa Inggris New Age melaporkan pada Sabtu (27/7/2024) bahwa dua orang yang terluka parah meninggal Sabtu dini hari, saat menjalani perawatan di DMCH, sehingga jumlah korban tewas akibat kekerasan baru-baru ini menjadi sedikitnya 211 di seluruh negeri.

Kemudian, lebih dari 1.600 orang yang terluka masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit.

Sementara itu, pemerintah mengumumkan akan melanjutkan jam malam militer pada Sabtu hingga delapan hari berturut-turut dengan mengatakan bahwa jam malam akan dilanjutkan sampai situasi membaik.



Namun, jam malam tetap diberi jeda selama sembilan jam mulai pukul 8:00 pagi.

Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan mengatakan lembaga penegak hukum sedang menilai situasi untuk menentukan pencabutan pemberlakuan jam malam.

"Meskipun tidak ada insiden yang tidak diinginkan yang dilaporkan di mana pun pada hari Sabtu, tentara terlihat berpatroli di ibu kota Dhaka," ungkap Asaduzzaman kepada wartawan dalam sebuah pengarahan di Dhaka, pada Jumat malam (26/7/2024).

Sementara itu, Perdana Menteri Sheikh Hasina pada Sabtu mengunjungi beberapa rumah sakit di Dhaka untuk menanyakan kondisi orang-orang yang terluka.

Kemudian, dia juga mengunjungi gedung-gedung pemerintah yang rusak yang diserang selama protes. 

Lebih dari 6.200 orang telah ditangkap dalam 555 kasus dalam 10 hari terakhir dari 17 hingga 26 Juli, menurut laporan surat kabar Prothom Alo pada Sabtu (27/72024).

Sebagian besar dari mereka berasal dari partai oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan partai Jamaat-e-Islami Bangladesh serta mahasiswa.

Protes mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota pekerjaan pemerintah memaksa pemerintah untuk mengurangi kuota dari 56 persen menjadi 7 persen, termasuk 5 persen untuk keturunan veteran perang, setelah pengadilan tinggi negara itu mengeluarkan putusan pada Minggu lalu.

Mengenai pemulihan jaringan internet yang ditutup pada 19 Juli untuk menghentikan disinformasi selama protes yang disertai kekerasan, Menteri Muda Bidang Pos, Telekomunikasi, dan Teknologi Informasi Zunaid Ahmed Palak mengatakan bahwa keputusan akan dibuat setelah pertemuan dengan operator telepon seluler pada Minggu.

Sebelumnya, menteri tersebut mengatakan pihaknya mematikan internet pada 19 Juli untuk menghentikan disinformasi selama protes yang penuh kekerasan.

Namun, kemudian dia mengklaim bahwa pusat data pemerintah rusak selama aksi protes yang memutuskan internet.

Menteri Administrasi Publik Farhad Hossain pada Sabtu mengatakan bahwa kantor-kantor akan dibuka selama enam jam dari pukul 09:00 hingga 15:00 mulai Minggu hingga Selasa mengingat situasi yang disebabkan oleh gerakan reformasi kuota tersebut.

Pekan lalu, kantor-kantor dibuka selama dua hari (Rabu dan Kamis) selama empat jam.

Sebagai informasi tambahan, peristiwa unjuk rasa yang mengakibatkan adanya mahasiswa hingga meninggal juga pernah terjadi di Indonesia.

Peristiwa itu diperingati sebuah tragedi besar bernama Tragedi Trisakti yang terjai pada tanggal 12 Mei 1998.

Pada peristiwa tersebut, ada empat mahasiswa yang kehilangan nyawanya karena penembakan, yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Herdiawan Sie.

Saat itu, para mahasiswa sedang melakukan demonstrasi kepada Presiden Soeharto agar mundur dari jabatan presiden.(ant/lkf)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:10
01:29
03:46
02:20
01:37
02:13
Viral