- Tim tvOne/Julio Trisaputra
Prabowo Subianto Tak Mau Ikut Campur Isu Perseteruan Jokowi dan Megawati, Pengamat Ungkap Dampak Politik Ini
Jakarta, tvOnenews.com - Pengamat politik Hendri Satrio menilai ada dampak politik yang terlihat seusai Prabowo Subianto tidak mau ikut campur isu perseteruan antara Presiden Jokowi dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Dia mengatakan, Prabowo saat ini memainkan peran penting dalam pusaran politik di Indonesia, seusai terpilih sebagai Presiden 2024-2029.
Hensat, sapaan akrabnya, lantas memuji sikap Prabowo Subianto yang memilih bungkam melihat perseteruan Jokowi dan Megawati.
"Pada saat dia melihat Pak Jokowi ribut sama Bu Mega, dia keluar negeri nonton Olimpiade 2024, itu kerennya Pak Prabowo, jadi begitu canggihnya Pak Prabowo, sekarang berperan dalam perpolitikan Indonesia," ujar Hensat dalam tayangan video YouTube milik Bambang Widjojanto dilansir Sabtu (3/8/2024).
Hensat memuji langkah Prabowo yang memilih berpasangan dengan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.
Menurutnya, itu merupakan salah satu strategi Prabowo yang memilih berpasangan dengan penguasa agar bisa memenangkan kontestasi Pilpres 2024.
"Dia pakai Gibran sebagai alat pemenangan. Akhirnya dia berhasil menjadi presiden," kata Hensat.
"Itu canggihnya Pak Prabowo. Jadi menurut saya, dia sama sekali tidak ingin mendompleng, perseteruan antara Jokowi dan Mega ini," imbuhnya.
Sebelumnya, Hensat mengungkap penyebab perselisihan antara Jokowi dan Megawati makin terlihat.
Hal itu dikatakan Hensat dalam kanal YouTube Indonesia Lawyer Club, Kamis (1/8/2024).
Dia menilai, Megawati memulai mengangkat bendera perang terhadap Jokowi saat menolak wacana masa jabatan presiden diperpanjang menjadi tiga periode.
"Malulah Pak Jokowi itu pada saat ketuanya tidak mengizinkan dirinya mengambil tiga periode, ternyata Ibu Mega begitu taatnya kepada hukum, tapi sudah tersebar kabar dia ingin tiga periode, jadi itu adalah asal muasalnya mungkin yang pertama kenapa Ibu Mega bertanya kenapa kami dibeginikan? Salah saya apa? Mungkin itu," ungkap Hensat.
Selanjutnya, menurut Hensat, Megawati menolak keberlanjutan.
"Ibu Mega menolak keberlanjutan dalam arti keberlanjutan kekuasaan, bukan keberlanjutan pelayanan atau perjuangan ideologis seperti yang seharusnya partai politik miliki," kata dia.
Alasan ketiga, menurut Hendri, Megawati menjadi satu-satunya ketua umum partai politik yang gagal ditundukkan Jokowi sampai hari ini.
"Dia sendirian saja nggak apa- apa, ketum-ketum parpol lain tunduk pada dirinya, pada diri Pak Jokowi," tambahnya.(lgn)