- Istimewa
Diduga Jadi Korban TPPO, Para Pemuda Ini Terjebak di Laos, Berharap Bisa Segera Pulang ke Indonesia
Jakarta, tvOnenews.com - Diduga jadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO), para pemuda ini terjebak di Laos. Mereka berharap bisa segera pulang ke Indonesia.
“Assalamualaikum. Kami di sini warga Indonesia yang terjebak di Laos meminta kepada pemerintah Indonesia agar dapat segera dipulangkan dengan selamat,” kata salah satu korban melalui video yang diterima tvOnenews.com pada Selasa (27/8/2024).
Salah satu korban diduga TPPO adalah AS. Kakak AS, Kemala Nurli, menceritakan awal mula adiknya bisa terjebak di sana. Kemala mengatakan adiknya ditawari pekerjaan dengan bayaran tinggi.
Karena tertarik, adiknya itu menerima tawaran untuk bekerja di sebuah hotel.
“Belum jelas keberadaannya (lokasinya), tetapi sudah tahu di negara Laos yang akan mereka datangi,” ujar Kemala.
Kemala mengatakan AS pergi dengan temannya yang berinisial D. AS dan D membuat paspor bersama.
“Mereka tidak langsung diberangkatkan naik pesawat, melainkan diberangkatkan naik kapal dari Tanjung Balai, Sumatera Utara. Dari Tanjung Balai, mereka menuju Kuala Lumpur,” terangnya.
Dia menyebut di sana ada yang menjemput dan mengarahkan mereka untuk naik pesawat menuju Chiang Rai, Tahiland.
Setelah tiba di sana, mereka diberangkatkan naik kapal untuk menyebrangi Sungai Mekong dan tiba di Laos.
“Tidak jauh lokasinya dari Sungai Mekong, yaitu Provinsi Bokeo. Mereka bekerja di apartemen sekaligus tempat mereka tinggal. Mereka baru menyadari mekanisme kerjanya tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Mereka disuruh bekerja di depan komputer dan dibagikan HP untuk bekerja. Tak lain adalah menjadi scammer,” ungkapnya.
Kemala mengatakan adiknya itu menerima arahan dari atasannya untuk mencari nasabah dan bekerja sama.
Namun, mereka ini masih mulai pendekatan dulu belum untuk langsung bekerja sama karena proyek yang mereka jalani baru mulai di akhir bulan Agustus nanti.
“Tetapi sebelum proyek yang mereka mau jalani ini sudah mulai tercium oleh polisi setempat sehingga ada penggerebekan di tanggal 26 Agustus 2024. Sebelumnya, sudah ada isu penggerebekan di apartemen sebelah mereka yang digerebek dan sebagian orang dipindahkan ke Myanmar,” ujar dia.
Setelah informasi itu, terang dia, mereka berencana melarikan diri tetapi tidak bisa karena paspor ditahan.
Tak hanya itu, mereka dikunci di dalam apartemen tidak bisa ke mana-mana sampai penggerebekan di apartemen mereka terjadi di siang hari.
Setelah penggerebekan, kata Kemala, mereka pasrah untuk diangkut akan tetapi tidak diangkut melainkan mereka diperintah untuk tetap diam di kamar masing-masing.
Lalu para pemuda itu mendengar isu lagi bahwasanya mereka akan mau diberangkatkan ke Thailand atau ke Myanmar sekitar jam 11 malam. Mereka mulai bergerak untuk melarikan diri sekitar ada 21 orang.
“Mereka mau melapor ke KBRI setempat. Tetapi, kendala perjalanan jauh. Mereka tiba di tempat pos pengaduan polisi daerah Bokeo. Mereka tiba jam 1 malam dan mereka bermalam di sana. Polisi di situ pun tidak banyak merespons melainkan mereka disuruh menunggu,” terangnya dia.
Adapun Kemala mendapatkan informasi dari adiknya yang masih sempat berkomunikasi dengannya. Dia berharap adiknya bisa segera pulang.
“Harapan saya mereka bisa segara cepat dipulangkan ke Indonesia dengan selamat,” harapnya. (nsi)