- Antara
Kisah Soeharto Tergoda Harta Karun Soekarno yang Misterius hingga Bentuk Pasukan Khusus Memburu 57 Ton Emas dan Batu Intan Terbesar di Dunia
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden RI pertama Ir Soekarno banyak dipercaya orang memiliki harta karun yang masih tersimpan di suatu tempat hingga saat ini. Kabarnya, Soekarno memiliki berton-ton emas dan batu intan besar yang masih menjadi misteri keberadaannya.
Menurut kabar, Soekarno dipercaya memiliki emas batangan seberat 57 ton yang disimpan di Bank Swiss. Seluruh emas tersebut konon dipinjam Presiden Amerika Serikat (AS) John F. Kennedy pada 1963 untuk pembangunan Paman Sam.
Kabar yang telah menjadi urban legend itu viral pada tahun 1980 an hingga akhirnya sampai ke telinga pemerintah Orde Baru. Presiden Soeharto pun sampai-sampai kepincut dan memerintahkan anak buahnya untuk memburu keberadaan harta itu.
Perburuan harta itu dilakukan oleh Tim Operasi Teladan. Firdaus Jaya dalam Melacak "harta karun" Bung Karno dan Soeharto (1999) menyebut Tim Operasi Teladan dipimpin oleh Marsekal Pertama Kahardiman.
Kahardiman ditugaskan untuk menyasar seluruh dana pemerintahan Orde Lama yang diduga berada di luar negeri, termasuk di dalamnya cerita dana di bank Swiss tersebut. Bagi Orde Baru, dana tersebut jika dicairkan bakal membuat APBN bertambah. Terlebih, di periode tersebut ekonomi Indonesia kurang baik pasca anjloknya harga minyak dunia.
Pemerintah Orde Baru meyakini pencarian harta bakal sukses. Sebab, mereka percaya atas dua hal.
Pertama, fakta sejarah bahwa dana tersebut pernah dicairkan Menteri Perindustrian pada 1962-1963. Total pencairan dana hanya Rp50 juta.
Kedua, masih adanya saksi sejarah yang masih hidup, yakni Soebandrio.
Soebandrio adalah Menteri Luar Negeri era Soekarno. Dia adalah orang yang mengurusi penyimpanan harta tersebut di Bank Swiss. Pemberitaan sezaman yang diwartakan Tempo (10 Januari 1987) menjelaskan, hanya dia satu-satunya orang yang mengetahui nomor rekening tabungan tersebut. Selain itu, hanya dia juga yang bisa mencairkannya.
Namun, peralihan kekuasaan membuat nasib Soebandrio berubah. Dia ditahan seumur hidup oleh Orde Baru. Ketika perburuan harta ini menguat, Soebandrio melakukan tawar-menawar.
"Dia dikabarkan menawarkan diri menguruskan pencairan dana itu. Syaratnya dia meminta pembebasan hukuman," dilansir dari Tempo.
Akan tetapi, Soeharto tak setuju dengan syarat tersebut. Soebandrio tetap ditahan. Sedangkan, Tim Operasi Teladan terus melakukan perburuan tanpa bantuan Soebandrio. Namun, pada sisi lain, banyak pihak skeptis atas harta tersebut.
Para ahli menyebut harta tersebut memang tak ada. Tak sedikit pula pejabat tinggi negara berkata hal serupa, termasuk Menteri Keuangan Radius Prawiro. Dia justru skeptis atas keberadaan harta tersebut. Dia mengatakan tak ada bukti soal eksistensi dana tersebut.
Pada akhirnya, sikap skeptis Radius itu terbukti. Setelah bertahun-tahun, perburuan harta peninggalan era Soekarno tidak membuahkan hasil apapun. Namun, Soeharto tak menyerah.
Sepuluh tahun kemudian, lewat Instruksi Presiden Republik Indonesia No.4 tahun 1997 tentang Penelitian Kekayaan yang Bisa Dimanfaatkan Negara, Jenderal Bintang Lima itu serius lagi mencari harta peninggalan Soekarno.
Pencarian harta memang bisa dimaklumi. Sebab saat itu Indonesia sedang berada dalam tahapan awal krisis ekonomi. Jika harta tersebut ditemukan, maka Indonesia bakal dapat 'durian runtuh'.
Dalam pelaksanaan, Soeharto meminta Menko Kesejahteraan Rakyat, Azwar Anas, melakukan pencarian harta. Dalam otobiografi Azwar Anas: Teladan dari Ranah Minang (2011: 477), Azwar bercerita setelah perburuan harta dilakukan pun, dana revolusi triliunan rupiah itu tak bisa ditemukan.
Azwar menyerah. Dia pun datang menemui Soeharto di tahun 1998 untuk memberitahu bahwa dia gagal melakukan pencarian. Akan tetapi, Soeharto tak peduli. Dia mengambil pulpen dan menuliskan kalimat yang membuat Azwar Anas kaget. Kalimat tersebut adalah:
"Diselesaikan sampai rampung!." lengkap dengan tanda tangan Soeharto.
Azwar pun terdiam. Tapi, dia berpikir tak bisa lagi menyelesaikan tugas tersebut. Toh, harta tersebut memang tidak bisa dilacak. Pada akhirnya, perburuan harta peninggalan Soekarno oleh Soeharto pun berakhir seiring kejatuhan penguasa Orde Baru itu. Setelahnya, harta ratusan triliun era Soekarno tetap terselimuti kabut misteri
Sebelumnya,Putra Soekarno, Guntur Soekarnoputra membantah soal kabar jika sang Ayah, Soekarno memiliki banyak emas bahkan hingga berton-ton yang disimpan di Bank Swiss.
Hal itu diungkapkan Guntur pada saat sesi diskusi dalam acara hari ulang tahunnya ke-80 sekaligus peluncuran buku yang berjudul 'Sangsaka Melilit Perut Megawati' di Puri Agung Sahid, Jakarta, Minggu (3/11/2024).
Mulanya moderator memberikan pertanyaan mengenai isu tersebut, namun dengan tegas Guntur menjawab bahwa kabar itu tidak benar alias bohong.
"Bohong," tegas Guntur.
Selanjutnya, moderator pun kembali menanyakan terkait Bung Karno yang juga memiliki baru intan terbesar dunia yang dinamakan intan kartika.
"Khalayak di Luar Negeri juga mengira, Bung Karno memiliki sebuah batu intan terbesar di dunia, yang oleh Bung Karno dinamakan intan Kartika, yang lebih besar nilai karatnya yang lebih besar dibandingkan intan terbesar di dunia, ini benar enggak?," tanya moderator.
Menjawab pertanyaan itu, Guntur pun kembali menegaskan jika kepemilikan baru tersebut tidak benar adanya dan salah kaprah.
"Bohong juga. Itu salah kaprah semua," ujarnya.
Guntur pun menjelaskan, jika kabar Soekarno memiliki emas hingga berton-ton merupakan sesuatu hal yang tidak logis.
Sebab, menurutnya, tempat penyimpanan Bank tersebut tidak dapat menampung banyaknya emas yang milik Soekarno seperti yang dipikirkan oleh publik.
"Pikir saja, kalau emas berton-ton disimpan di Bank di Swiss, yang saya sendiri pernah ke sana, itu ruang penyimpanan uang di Swiss itu enggak akan muat mau diisi emas segitu banyak. Jadi saya pikir ini bohong semua ini," jelasnya.
Oleh sebab itu, ia meminta agar publik juga tidak menganggap bahwa Presiden pertama Indonesia itu memiliki banyak harta bahkan kekayaannya hingga miliaran rupiah. (ebs)