- Antara
Ekonom: Indonesia Bisa Ambil Benefit dari Kebijakan Proteksionisme Trump
Jakarta, tvOnenews.com - Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Teuku Riefky menilai Indonesia bisa mengambil benefit dari kebijakan proteksionisme Donald Trump yang kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).
“Secara historis, Trump itu bersifat proteksionis. Tapi, ini sebetulnya tidak serta merta menjadi pertanda buruk untuk Indonesia. Justru Indonesia kemungkinan bisa menarik benefitnya dari ini kalau kita bisa mempersiapkan diri,” kata Riefky mengutip Antara pada Sabtu (9/11/2024).
Menurutnya, bila Trump melanjutkan kebijakan proteksionismenya, sebagaimana yang ia lakukan pada periode pertama jabatannya sepanjang 2017-2021, maka akan muncul realokasi peta perdagangan global dan investasi.
Hal itu disebabkan sikap proteksionisme Trump bakal mengerek tarif impor terhadap negara-negara yang berdagang dengan AS, terutama China.
Bila tarif impor naik, kemungkinan akan terjadi perubahan haluan mitra dagang.
“Misalnya, kalau tarif antara AS dan China naik, AS mengimpornya bukan dari China lagi, tapi dari Meksiko. Begitu pun dengan China, mungkin tidak mengimpor dari AS lagi, tapi dari Vietnam atau Eropa. Jadi, ada realokasi dari rantai pasok global,” jelasnya.
Sementara arus investasi bakal mengikuti arah perdagangan. Bila tarif antara AS dan China besar, maka bisa merealokasikan investasi ke negara-negara lain yang tarifnya tidak terlalu besar.
Dia meyakini kondisi tersebut bisa dimanfaatkan oleh Indonesia.
Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memantau perkembangan dari arah kebijakan perdagangan AS pada masa kepemimpinan Trump.
Diketahui, Donald Trump memenangi Pilpres AS 2024 melawan pesaingnya dari Partai Demokrat dan petahana wakil presiden, Kamala Harris, menurut lembaga survei dan media utama AS pada 6 November.
Hingga 8 November, Associated Press (AP) melaporkan bahwa Trump telah meraih 295 suara elektoral, melewati ambang batas 270 suara elektoral yang diperlukan untuk memenangi Pilpres AS.
Sementara itu, Harris sampai saat ini baru mengantongi 226 suara elektoral.
Namun, Pilpres AS 2024 masih belum selesai karena masih ada proses selanjutnya yang harus dilakukan sebelum Trump dapat secara resmi ditetapkan sebagai presiden terpilih dan dilantik.(ant/ree)