Connie Rahakundini Bakrie.
Sumber :
  • IST

Profesor Connie Bakrie: Trump Menang Perkuat Rusia, Lemahkan Eropa, Peluang Bagi RI

Sabtu, 9 November 2024 - 19:58 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) 2024 berpotensi membuka jalan baru dalam diplomasi AS-Rusia yang selama ini seringkali diwarnai ketegangan.

Pendapat tersebut dikemukakan akademisi yang juga Guru Besar St. Petersburg University, Connie Rahakundini Bakrie, Sabtu (9/11).

"Putin menyambut baik kemenangan ini, meski hubungan antara AS dan Rusia selama ini digambarkan penuh ketegangan. Trump selama kampanye bahkan berjanji akan menyelesaikan konflik Ukraina-Rusia dalam 24 jam jika terpilih," ujar Connie yang baru saja menghadiri Pertemuan Tahunan ke-21 Klub Diskusi Valdai di Sochi, Rusia ini.

Menurutnya, janji Trump menyelesaikan konflik Ukraina-Rusia dianggap sebagai sinyal bahwa Trump bisa mengambil pendekatan kooperatif terhadap Rusia, mirip dengan kebijakan yang ia terapkan pada periode kepresidenan sebelumnya.

Connie menambahkan, kebijakan Trump yang fokus ke dalam negeri dapat membawa perubahan signifikan bagi Rusia, terutama terkait pengurangan sanksi-sanksi yang selama ini membebani sektor ekonomi dan energi Rusia.

Dalam kehadirannya di Pertemuan Tahunan ke-21 Klub Diskusi Valdai kali ini, Connie yang juga pakar geopolitik asal Indonesia serta dipercaya menjadi salah satu think tank bagi Kremlin ini menyebut, Trump cenderung mengadopsi kebijakan “inward-looking” atau berfokus pada isu domestik AS.

Oleh karenanya, ia memprediksi bahwa AS di bawah Trump kemungkinan akan mengurangi keterlibatannya dalam konflik internasional dan lebih fokus pada penyelesaian masalah domestik.

"Kebijakan isolasionis ini dapat memberi dampak positif bagi Rusia dan negara-negara lain yang selama ini merasakan tekanan dari kebijakan luar negeri AS," tambahnya.

Menurutnya, jika Trump benar-benar berkomitmen mengakhiri konflik di Ukraina, ini bisa mengubah lanskap geopolitik Eropa Timur dan menciptakan stabilitas baru di kawasan tersebut.

Dalam pandangannya, kebijakan yang cenderung isolasionis dari AS berpotensi mengubah peran AS dalam aliansi NATO, terutama dalam hubungannya dengan negara-negara Eropa Timur yang terlibat dalam sengketa geopolitik dengan Rusia.

"Bisa jadi, AS akan mengurangi perannya dalam NATO sebagai langkah diplomasi untuk mencapai perdamaian dengan Rusia," ujar Connie.

Connie juga menyoroti bahwa perubahan kebijakan luar negeri AS di bawah Trump dapat membuka peluang bagi Indonesia untuk memainkan peran strategis. Sebagai negara non blok, Indonesia bisa mempererat hubungan baik dengan AS maupun Rusia, memanfaatkan posisinya yang netral untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan diplomasi.

“Jika AS dan Rusia lebih memilih jalur damai, Indonesia bisa memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat hubungan bilateral dengan kedua negara di berbagai bidang seperti perdagangan, pertahanan, dan teknologi militer,” ungkapnya.

Namun, jika ketegangan antara AS dan Rusia tetap berlanjut, Indonesia perlu bersiap menghadapi dampak pada kerja sama diplomatik dan ekonomi.

Connie juga menyinggung konsep “The Greater Eurasia” yang saat ini digagas oleh Rusia dan China. Ia menyatakan bahwa di bawah Trump, kemungkinan besar AS akan lebih fokus pada dalam negeri sehingga dunia mungkin menyaksikan pergeseran ekonomi dan politik ke arah Asia, dengan Rusia, China, dan India sebagai aktor utama.

“Kekuatan ekonomi dan geopolitik dunia kemungkinan akan bergeser ke timur, memberikan peran yang semakin besar bagi negara-negara Asia seperti Indonesia di tengah kemitraan antara ASEAN dan Eurasia,” katanya.

Kemenangan Trump ini pun menjadi bahasan penting saat Pertemuan Tahunan ke-21 Klub Diskusi Valdai yang digelar pada 4–7 November 2024 di Sochi, Rusia.

Di hari ketiga ajang yang tahun ini mengambil tema 'Perdamaian Abadi Atas Dasar Apa? Keamanan Bersama dan Kesempatan yang Sama untuk Pembangunan di Abad ke-21' ini ada satu sesi khusus yang didedikasikan untuk menganalisis hasil Pilpres AS.

Connie sendiri melihat, Presiden Rusia Vladimir Putin memandang kemenangan Trump sebagai peluang positif, terutama dalam meredakan ketegangan antara kedua negara.

Sementara itu, Presiden Vladimir Putin dalam pidatonya di Pertemuan Tahunan ke-21 Klub Diskusi Valdai menyampaikan pandangannya terkait dinamika global. Ia menekankan bahwa dunia sedang memasuki era perubahan besar yang ia sebut sebagai "perubahan yang pada dasarnya revolusioner."

Putin memperkirakan bahwa tantangan yang akan dihadapi umat manusia dalam dua dekade mendatang akan lebih kompleks, seiring dengan transformasi besar dalam tatanan dunia.

“Tatanan dunia lama sudah hilang, dan perjuangan besar sedang berlangsung untuk membentuk tatanan dunia baru,” tegasnya.

Dengan pandangan ini, Putin tampaknya memberi sinyal bahwa Rusia siap menghadapi perubahan global yang lebih luas, termasuk kemungkinan pergeseran kekuatan ekonomi dan politik ke arah timur.

Pernyataan Putin ini pun semakin memperkuat analisis jika kemenangan Trump bisa menjadi pembuka kemungkinan baru bagi hubungan AS dan Rusia.

Kebijakan yang lebih fokus ke dalam negeri AS di bawah Trump diperkirakan dapat meredakan ketegangan internasional, termasuk di kawasan Eropa Timur, dan memberi peluang bagi Indonesia untuk memainkan peran strategis di tengah konstelasi geopolitik yang berubah.

Dalam suasana dunia yang cenderung menuju pola multipolar, Indonesia diharapkan bisa menjaga netralitas dan memanfaatkan peluang di sektor ekonomi dan keamanan yang muncul di era baru ini. (ebs)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:02
03:01
02:57
02:35
05:18
01:38
Viral