- Istimewa
Slogan Pilih yang Cantik di Pilkada Maluku Utara Jadi Polemik, Ini Buktinya
Inggrid menyebutkan standar kecantikan ini tidak hanya menjadi alat kapitalisme melalui media, tetapi juga merembet ke ranah politik.
Kampanye yang mengedepankan “kecantikan” sebagai nilai jual dianggap sebagai bentuk pendisiplinan tubuh perempuan yang membahayakan demokrasi.
“Kampanye seperti ini menunjukkan bagaimana wajah dan sensualitas perempuan dimanfaatkan untuk mendulang suara. Partai tidak sungguh-sungguh mencari kader perempuan yang ideologis dan cakap, tetapi lebih memilih mereka yang muda, good looking, atau memiliki hubungan kerabat. Ini adalah bentuk kemunduran politik,” tegasnya.
Dia juga menambahkan slogan seperti “pilih yang cantik” adalah cerminan dari politik yang minim gagasan.
Di tengah kompleksitas persoalan Maluku Utara, seperti ketimpangan sosial, eksploitasi sumber daya alam, dan keterbatasan akses pendidikan serta kesehatan, kampanye seperti ini dianggap tidak memberikan solusi konkret.
Dalam pandangan Inggrid, seksualisasi tubuh perempuan dalam kampanye politik adalah bentuk politisasi yang menakutkan.
“Standar kecantikan yang dipromosikan ini hanyalah alat kontrol kapitalisme dan patriarki. Mereka memanipulasi tubuh perempuan untuk meraih suara tanpa memberikan pendidikan politik yang substansial kepada masyarakat,” terang dia.