- Antara
Mengkhawatirkan, Hanya 4,1 persen RS Miliki Pengolahan Limbah Medis Berizin
Jakarta - Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama satu tahun setengah, tak hanya menimbulkan masalah kesehatan yang serius di Indonesia, masalah lain yang tak kalah mengkhawatirkanya adalah soal limbah beracun dan berbahaya b3 medis Covid-19 yang belum ditangani dengan baik.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyebutkan dari seluruh fasilitas kesehatan yang ada di Indonesai, baru 4,1 persen Rumah Sakit yang memiliki fasilitas pengelolaan limbah medis Covid-19. Sementara, pengusaha pengelohan limbah sangat sedikit dan masih terpusat di Jawa.
“Contohnya tadi disampaikan 4.1 persen br 4.1 persen dr rumah sakit yang memiliki fasilitas insenator yang berizin kemudian di seluruh indonesia brau ada 20 pelaku usaha pengolahan limbah dan yang terpenting, hampir semuanya masih terpusat di pulau jawa jadi distribusi blm merata.” Jelas handoko, usai rapat terbatas secara virtual pada rabu siang.
Atas keprihatinan tersebut BRIN telah mengusulkan untuk melakukan teknologi daur ulang limbah medis yang berpotensi memunculkan nilai tambah, salah satunya teknologi yang memunculkan nilai ekonomi baru dan akan meningkatkan kepatuhan faskes yang menghasilkan limbah.
Teknologi ini dinilai akan menghasilkan insentif finansial dari sisi bisnis daur ulang dan alat tersebut berpotensi mengurangi biaya pengelolaan limbah secara keseluruhan.
“kami menyampaikan beberapa teknologi untuk daur ualng limbah medis, yang berpotensi memunculkan nilai tambah , ekonomi baru, yang dapat maningkatkan kepatuhan para Faskes karena ada insentif finansial dari sisi bisnis dari daur ulang tersebut, dan itu berpotensi mengurangi biaya pengolahan limbah secar keselurhan.” Tambahnya.
Handoko mencontohkan, seperti alat penghancur jarum suntik , yang bisa menghasilkan residu berupa stenlestil murni dan juga daur ulang untuk APD masker yang bisa memperoleh propilen murni pp jenis plastik yang nilai ekonomi cukup tinggi.
Dengan pengolahan limbah medis tepat, diharapkan bisa meningkatkan motivasi untuk mangumpulkan dan kelola limbah serta meningkatkan kepatuhan. Disisi lain bisa membuka bisnis baru bagi para pelaku usaha UMKM di daerah. (dwi/mii)