- Istimewa
Bukan DN Aidit, Dua Orang Inilah Dedengkot PKI Sebenarnya, Karakternya Lebih Ngeyel dan Nekat
Jakarta - Bicara soal Partai Komunis Indonesia atau PKI, tentu saja pasti identik dengan sosok Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih dikenal dengan nama DN Aidit.
Adapun sosok DN Aidit menjadi tokoh utama dalam kegiatan-kegiatan PKI di dunia politik saat Soekarno masih menjabat sebagai Presiden RI.
Bahkan di bawah kepemimpinan DN Aidit, kala itu, PKI sempat menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.
Pentolan PKI, Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit. (Ist)
Jika bicara soal asal muasal PKI di Indonesia, tak lepas juga dari sosok sosialis asal Belanda, Henk Sneevliet.
Adapun Henk Sneevliet, kala itu, mendirikan partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.
Setelah Indonesia merdeka, saat itu, ISDV berganti nama menjadi PKI yang lambat laun semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung dan dinobatkan sebagai partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan China.
Adapun kala itu, PKI semakin menjamur di Indonesia, penyebabnya adalah sejumlah rakyat Indonesia menilai bahwa ideologi komunis cocok dengan keadaan sejumlah rakyat saat itu.
Tentu tokoh partai Palu Arit Indonesia yang paling dikenal ialah Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit.
Meski begitu, DN Aidit pun dianggap sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas peristiwa pembantaian para Jenderal TNI di G30S PKI.
Bukan Dedengkot Sebenarnya
Tapi siapa sangka ternyata kekuasaan DN Aidit yang begitu besar saat itu, belum ada ada apa-apanya dengan dua sosok pentolan PKI ini.
Ya, kedua sosok pentolan PKI itu adalah Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso dan Alimin bin Prawirodirdjo.
Pada 25 Desember 1925, para dedengkot PKI sempat mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu mereka membahas aksi berupa pemogokan hingga angkat senjata yang bakal dilakukan oleh kaum tani serta buruh.
Tujuannya ialah melancarkan aksi pemberontakan di seluruh nusantara kepada pendudukan Belanda.
Rencana itu lantas harus disampaikan kepada wakil Komunis Internasional (Komintern) yang berada di Singapura.
Adapun PKI lantas mengirim Alimin dan Musso ke Singapura.
Komintern di Singapura menindaklanjuti rencana pemberontakan tersebut dengan memberangkatkan keduanya ke Moskow, Uni Soviet.
Rupanya Musso dan Alimin langsung dihadapkan kepada pemimpin besar Komunis, yakni Joseph Stalin ketika di Moskow.
Musso dan Alimin
Kala itu, Musso dan Alimin sempat menerima mandat dari Joseph Stalin agar rencana pemberontakan dibatalkan dulu saja serta mengubah cara kerja PKI menjadi bawah tanah dengan menyebarkan propaganda kepada Belanda.
Joseph Stalin. (ist)
Namun saat itu Musso nekat, setibanya di Indonesia, ia melancarkan pemberontakan kepada Belanda di Batavia dan Sumatera Barat.
Karena persiapan kurang matang, pemberontakan tersebut langsung ditumpas dan Belanda melarang adanya PKI lagi di Nusantara.
Adapun Musso dan Alimin ditangkap Belanda dan dipenjara.
Setelah keluar penjara Musso pergi ke Moskow tahun 1935
walaupun sempat kembali ke tanah air tapi diusir dan balik lagi ke Uni Soviet tahun 1936.
Hingga tanggal 11 Agustus 1948 Musso kembali ke Indonesia lewat Yogyakarta.
Adapun Musso kembali ke tanah air untuk melakukan pemberontakan lagi dengan para militan PKI di Madiun pada 18 September 1948.
Dedengkot PKI, Musso. (ist)
Sontak saja aksinya yang menginginkan terbentuknya Republik Soviet Indonesia dari pemberontakan PKI Madiun langsung mendapat respons keras dari militer.
Divisi Siliwangi TNI tanpa menunggu waktu lama segera memberangus pemberontakan tersebut.
Nasib Musso apes setelah pemberontakan keduanya gagal.
Ia dikepung oleh satu peleton tentara Siliwangi di Pacitan hingga ajal menjemputnya setelah dihadiahi timah panas oleh TNI
saat Musso bersembunyi di kamar mandi pemandian umum.
Setelah tewas ditembak, mayat Musso dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan hingga akhirnya dibakar secara diam-diam. (abs)
Jangan Lupa Subscribe YouTube Tvonenews.com: