- Pixabay
Walau Masih Fluktuatif, Kementan Dukung Ekspor Daging Ayam Ras Ke Singapura
Jakarta - Koordinator Unggas dan Aneka Ternak Kementerian Pertanian, Iqbal Alim mengungkapkan hingga saat ini data produksi melalui teknologi produksi dan kebutuhan daging ayam ras 2022 telah mencapai surplus.
Ia menjelaskan bahwa data produksi untuk ayam ras saat ini telah mencapai neraca 21,507 persen plus. Angka tersebut dengan harapan selalu menunjukan angka kenaikan untuk kedepannya.
“Dengan neraca 21,507 persen plus ini ke depan sebagai cover untuk semua, jangan sampai kita kekurangan untuk kedepannya.” Ungkap Iqbal yang dikutip dari VIVA.
Iqbal juga menjelaskan dengan angka yang menunjukan surplusnya ayam ras pada 2022, hal ini dapat dijadikan sebagai sebuah peluang utnuk ekspor ayam ras.
Pasalnya, belakangan ini Singapura masih membutuhkan Live Bird (LB) atau produk dari ayam ras di dalam negerinya. Kebutuhan Singapura tersebut disebabkan karena Malaysia yang merupakan pemasok utama ke Negara tersebut sedang melakukan penghentian ekspor ayam untuk sementara waktu.
Berhubungan dengan hal tersebut, Analis Perdagangan Ahli Madya Direktoran Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, Kementerian Perdagangan, Kusuma Dewi mendukung serta mendorong Indonesia untuk melakukan ekspor ayam ras terutama untuk membantu negeri tetangga.
“Saat ini tengah terjadi over supply daging ayam, maka kami sebenarnya juga sangat mendorong kebijakan industri ungags ini juga dapat melakukan eksportasi. Tentu jangan lupa ada kualitas keamanan pangan yang harus diikuti, kita bicara standarisasi ke Negara-negara tujuan ekspor,” tuturnya.
Namun perlu diketahui, hingga saat ini harga ayam hidup atau live bird (LB) dan telur ayam ras cenderung fluktuatif dan tidak menentu. Dikarenakan LB dan telur ayam ras saat ini berada di bawah harga pokok penjualan.
Untuk itu Iqbal Alim, mengatakan bahwa harga posisi tawar dari peternak rakyat dalam penetapan harga masih rendah. Adapun hal tersebut disebabkan dengan tingginya harga pakan ternak pada hewan.
“Dari pada itu rendahnya posisi tawar dari peternak rakyat dalam penetapan harga walaupun memiliki kontribusi produksi kurang lebih 50 persen untuk boiler dan layer kurang lebih 98 persen dari produksi nasional,” jelas Iqbal yang dikutip pada VIVA (8/6/2022). (Kmr)