- Sumber-wikipedia-IG @pierresangpatriot
Kisah Si Ganteng Kapten Pierre Tendean, Idola Para Wanita dan Ajudan Rebutan Tiga Jenderal
Hari itu, pukul 08.10, tanggal 21 Februari 1939, suara tangisan bayi laki-laki memecah pagi di rumah sakit rakyat yang bernama Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ), Jakarta, yang saat ini dikenal sebagai RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Kebahagiaan jelas terpancar dari wajah kedua orang tuanya, Maria Elizabeth Cornet, dan Aurelius Lammert Tendean. Pasangan itu dikaruniai seorang putra yang tampan, Ia kemudian diberikan nama Pierre Andries Tendean.
Ibu Pierre, Maria Elizabeth Cornet merupakan wanita asal Leiden, Belanda, sekaligus keturunan Prancis, menikah dengan Aurelius Lammert (A.L) Tendean, seorang dokter spesialis jiwa berdarah Minahasa, Sulawesi Utara. ltulah sebabnya putra mereka diberi nama Prancis "Pierre".
Dikemudian hari, 26 tahun kemudian, anak laki-laki tampan blasteran Minahasa - Prancis ini menjadi sosok penting dalam catatan sejarah bangsa Indonesia, ketika ia dijemput paksa oleh sekelompok pasukan Cakrabirawa di rumah komandannya, Jenderal Abdul Haris Nasution, Menko Hankam KASAB, pada G30S PKI, 1 Oktober 1965 dini hari.
Baca Juga: Pembalasan Sang Jenderal yang Terluka, Pukulan Keras Nasution Usai Lolos dari Pembunuhan G30S PKI
Pierre Kecil dan Keluarga yang Sederhana
Masykuri dalam bukunya "Pierre Tendean" yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional 1983/ 1984, menggambarkan sosok keluarga Tendean sebagai keluarga yang sederhana.
"Keluarga Dr. A.L. Tendean hidup sederhana, karena hanya mengandalkan gaji dari pemerintah, tidak membuka praktek di luar." tulis Masykuri.
Ketika Pierre berumur setahun, ayahnya dipindahkan dari Jakarta ke Tasikmalaya, Jawa Barat. Tidak lama sesudah bertugas di sana, Dr. A.L. Tendean jatuh sakit, sehingga perlu dirawat di Sanatorium Rumah Sakit Cisarua.