- Dok. Maarten Hidskes
Kapten Westerling Membantai di Sulawesi Selatan Saat Berusia 27 Tahun, Begini Kesaksian Para Mantan Pasukannya
Pasukannya sangat mencintainya dan menceritakan hubungan pribadi yang dimiliki dengan komandan mereka. Pimpinan ketentaraan suka dengan 'fixer' ini, dan Westerling memiliki jalur yang khusus dengan Jenderal Spoor.
"'Westerling menganggap olahraga sangat penting dan karena itu saya seringkali berada di sekitarnya. Di paruh kedua tahun 1946 saya sering mendengarnya berkata: Sebentar mau mampir ke Jenderal Spoor” kata Jef, mantan instruktur olahraga DST, sebagaimana yang dituturkannya pada Maarten Hidskes.
Foto: Kapten Westerling (Wikipedia)
Jenderal Spoor dan semua pejabat militer dan sipil di saat itu berumur pertengahan empat puluhan, dan perbedaan umur dua puluh tahun dengan Westerling yang lebih muda pastinya waktu itu terasa.
Wim dan Peter, salah satu mantan anggota pasukan DST, kepada Maarten Hidskes mengatakan, Westerling tidak pernah menjalani sekolah militer.
"Dia tidak “dalam dinas”, dia adalah dinas. Dia sangat disiplin dan memiliki perhatian terhadap para anak buahnya. Dia tidaklah otoriter. Dia mengundang respek. Dia tahu apa yang dia katakan. Dia beroperasi tidak dari suatu posisi yang nyaman." Ungkap Wim pada Hidskes.
Dalam ingatan Peter, kalau jip Westerling berhenti pada suatu pertikaian di jalan antara pasukan baret hijaunya dengan pasukan baret hitam dari marinir, maka dia turun dari mobil, melepas lencana bintangnya, dan ikut berkelahi.
Westerling juga menghadiri acara pemakaman dari anggota pasukan yang bukan dari kesatuannya, sementara para perwiranya sendiri tidak kelihatan batang hidungnya.