- Istimewa
Rachmat Gobel Dukung Inovasi Mi Berbahan Singkong
“Saya harap ini bisa ditiru oleh produsen mi instan lain agar beralih ke penggunaan bahan baku lokal,” katanya.
Gobel mengatakan, ke depan pangan akan menghadapi masalah akibat perubahan iklim dan juga akibat konflik global. Saat ini saja, katanya, harga-harga kebutuhan pangan melonjak akibat kekurangan pasokan karena gagal panen dan kesulitan distribusi akibat konflik antarnegara. Karena itu, katanya, kemandirian penyediaan bahan pangan merupakan suatu keharusan.
“Masalah kedaulatan pangan merupakan masalah strategis yang harus menjadi kepedulian kita semua,” katanya.
Indonesia adalah negeri pengkonsumsi mi instan terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Berdasarkan data World Instant Noodles Association, pada 2021 konsumsi mi instan di Indonesia mencapai 13,27 miliar bungkus. Sedangkan berdasarkan data BPS, secara rata-rata dalam setahun tiap penduduk Indonesia mengkonsumsi 48 bungkus mi instan. Hal ini menunjukkan pangsa pasar mi instan di Indonesia sangat besar.
Pada kesempatan itu Gobel menyarankan untuk menyertakan koperasi agar masyarakat bisa ikut berpartisipasi sebagai investor.
“Biasakan libatkan masyarakat dalam bentuk koperasi,” katanya. Selain itu, ia menyatakan, agar tumbuh perlahan saja dan tidak terburu-buru.(chm)