- Istimewa
‘Sang Tokoh Utama’ Irjen Ferdy Sambo Belum Dipanggil, Ini Alasan Komnas HAM Panggil Ajudan Lebih Dahulu
Jakarta - Sebelumnya Komnas HAM telah memanggil dan memeriksa 6 orang ajudan atau ADC (aide de camp) Kadiv Propam nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo. Kemudian 20 rekaman video CCTV di 27 titik memperlihatkan perjalanan dari Magelang ke Jakarta yang dilalui oleh Brigadir J bersama rombongan telah disaksikan.
Berdasarkan dari penyidikan tersebut dapat memperjelas penyelidikan dari kasus penembakan ajudan Irjen Ferdy Sambo, bahwa secara langsung terbukti Brigadir J masih hidup saat tiba di Jakarta.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ahmad Taufan Damanik, hadir sebagai narasumber di Acara TvOne Apa Kabar Indonesia Malam yang menjelaskan alasan mengapa Irjen Pol Ferdy Sambo dipanggil terakhir atau belakangan oleh Komnas HAM.
Ahmad Taufan Damanik mengatakan bahwa ini terkait dengan metode yang dijalankan oleh lembaganya dalam proses penyidikan.
Publik tak perlu memperdebatkan, karena arah penyidikan akan tetap sama untuk mengungkap kasus ini lebih terang benderang sesuai dengan himbauan Presiden Joko Widodo untuk diusut tuntas secara terbuka kepada publik.
“Itu hanya metode saja, supaya kami tidak tersesat dalam mengumpulkan fakta dan informasi,” ungkap Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik.
Sementara itu, pihak Kompolnas yang hadir dalam acara tersebut diwakilkan oleh Albertus Wahyurudhanto sebagai Komisioner Kompolnas dari unsur pakar kepolisian. Dirinya mengaku sejauh ini proses penyidikan masih berjalan sesuai dengan semestinya dan akan tetap mengawasi.
“Kami kan Kompolnas posisinya mengawasi, karena itu dalam pandangan kami, sekarang masih on the track, penyidik punya strategi, Komnas HAM yang punya kewenangan untuk penyidikan punya strategi, pihak kuasa hukum yang punya legalitas dan punya cara, silahkan,” ungkapnya.
Komnas HAM, beri alasan Irjen Ferdy Sambo dipanggil terakhir. (Ist)
Ahmad Taufan juga menjelaskan pihaknya masih akan memeriksa satu lagi ajudan Irjen Ferdy Sambo yang berhalangan hadir beberapa waktu lalu. Ajudan tersebut juga menjadi salah satu anggota dalam perjalanan tersebut.
Selain ADC, Komnas HAM juga akan memeriksa semua orang lainnya yang bekerja di rumah Ferdy Sambo, baik security, asisten rumah tangga, dan sopir.
“Yang kemudian akan meneruskan lagi ini soal jejak digital tidak digital, yang tempo hari saya katakan baru sesi pertama, komunikasi di antara para pihak itu Pak Sambo, istrinya, Almarhum Yosua, Bharada E dan lain-lain itu semua kan baru dikasih seldamnya, belum apa isinya. Kalau itu tidak bisa dibuka memang kesulitan yang tadi saya katakan titik hitam karena tidak ada CCTV yang bekerja di rumah dinas itu,” ujarnya.
Kini Komnas HAM mengaku hanya tinggal memanggil Irjen Ferdy Sambo, tetapi untuk Putri Candrawathi harus mengikuti prosedur karena mendapatkan informasi, ada penasihat psikologinya.
Oleh karena itu, Komnas HAM harus terlebih dahulu mengumpulkan bahan dan data informasi yang kuat.
“Tapi kita kumpulkan ini barang-barang bukti informasi baru kami masuk ke titik yang menurut kami krusial, tanpa didukung oleh data informasi yang kuat, kami akan sulit untuk membuka masalah ini,” pungkasnya.
Sebelumnya, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengaku pihaknya lebih ke pertanyaan terbuka dengan jawaban yang deskriptif dan hasil jawaban dari para ajudan tersebut yang nantinya akan muncul di laporan akhir.
Pertanyaan yang diajukan bukan hanya menanyakan konteks waktu dari masing-masing keterangan ajudan yang dicocokkan dengan informasi yang muncul ke publik.
Namun begitu juga pertanyaan mengenai hubungan masing-masing ADC dan kenapa para atasannya yakni Irjen Ferdy Sambo dan Istrinya.
“Yang berikutnya yang penting juga ingin kami sampaikan adalah kami juga menanyakan soal bagaimana sekuen hubungan ADC satu dengan yang lain, termasuk juga karakter masing-masing ADC. Kami tanya di masing-masing orang itu, kami tanya pertanyaan yang sama.,” ungkap Choirul Anam.
“Pertanyaan sama ini untuk melihat sebenarnya, apa sebenarnya yang terjadi dan background apa ang terjadi di sekuen itu, jadi misalnya ADC A kami tanya bagaimana soal apa perilaku kehidupan sehari-hari ADC yang lain, itu kami tanya semuanya,” lanjutnya.
Kini kasus tewasnya Brigadir J masih dalam penyidikan oleh pihak yang berwenang. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo juga menerangkan tim khusus yang dibentuk Kapolri telah bekerja untuk menjaga objektivitas kasus tersebut. Dirinya menekan kepada tim khusus untuk menjaga amanat Kapolri untuk tetap transparansi dan independensi. (Ind/Kmr)