- kolase tvOnenews.com
Miris! Setelah Dituduh Melakukan Pelecehan, Ternyata Harta Brigadir J juga Dirampok
Jakarta - Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J tewas secara tragis setelah dieksekusi oleh atasannya sendiri.
Seperti yang diketahui, Brigadir J ditembak mati oleh rekannya yakni Bharada E atas perintah Irjen Ferdy Sambo pada Jumat, 8 Juli 2022 lalu.
Tidak berhenti sampai disitu, setelah tewas, Brigadir J juga dituduh melakukan pelecehan terhadap istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Hal tersebut merupakan motif palsu yang dibuat oleh Sambo untuk menutupi kejahatannya.
Namun setelah Irjen Ferdy Sambo ditetapkan menjadi tersangka, terbongkar ternyata tudingan tersebut hanya skenario palsu dan laporan tuduhan pelecehan terhadap Putri Candrawathi dicabut.
Irjen Ferdy Sambo diduga mencuri uang Brigadir J
Irjen Ferdy Sambo/Brigadir J
Tak hanya tuduhan pelecehan, setelah Brigadir Yosua meninggal, diketahui uang yang ada di rekening ajudan Sambo tersebut dicuri.
Diketahui sebanyak empat rekening Brigadir J diduga dikuras atau dicuri oleh tersangka Ferdy Sambo. Hal tersebut diungkapkan oleh pengacara keluarga Brigadir J Kamaruddin Simanjuntak di depan Mabes Polri.
“Ada HP, ATM-nya di empat bank, dan laptop bermerek ASUS," ungkap Kamaruddin, Selasa (16/8/2022).
Tak tanggung-tanggung, Kamaruddin menyebut ada uang tabungan senilai Rp 200 juta yang ditransfer ke salah satu tersangka. Hal itu dilakukan usai nyawa Brigadir J melayang.
"Tadi terkonfirmasi sudah, memang benar apa yang saya katakan bahwa tanggal 11 Juli 2022 itu masih transaksi. Masa orang mati mengirimkan duit. Dari rekening almarhum mengalir ke tersangka 200 juta," terangnya.
Kamaruddin menyebut pihak kepolisian akan mengumumkan perkara ini. Sebelumnya Kamaruddin juga menyinggung keterlibatan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang seharusnya ikut membongkar dugaan aliran dana yang mengalir di antara Ferdy Sambo dan para ajudannya yang terlibat.
Sebelumnya, kuasa hukum Brigadir Yosua sempat mempertanyakan keterlibatan PPATK dalam kasus kematian kliennya. Ini tak terlepas dari aliran dana yang mengalir di antara Irjen Ferdy Sambo dan ajudannya.
"Periksalah semua rekening ajudan itu, libatkan PPATK, mereka yang bisa mengungkap itu. Berapa ember uang di rekening-rekening ajudan itu dan ke mana aliran dan dari mana aliran itu berasal,” tegasnya
Kamaruddin menyebut ada aliran dana sebesar Rp 600 miliar hingga 1 triliun di antara Ferdy Sambo dan para ajudannya. Maka dari itu ia mendorong agar PPATK ikut terlibat menyelidiki pusaran uang dalam kasus ini, dikhawatirkan ada pula yang mengalir ke sejumlah lembaga.
Respon PPATK terkait pernyataan kuasa Hukum Brigadir J
Irjen Ferdy Sambo/Kamaruddin Simanjuntak
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana merespons permintaan pengacara keluarga Brigadir J alias Yoshua Hutabarat, Kamaruddin Simanjuntak yang meminta PPATK memeriksa seluruh transaksi keuangan ajudan eks Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.
Ivan mengaku belum mendapat laporan apa pun dari pihak kuasa hukum Brigadir J atau melalui kuasa hukumnya, Kamaruddin Simanjuntak. Menurutnya, jika mendapat fakta terkait adanya pelanggaran atau penyelewengan, pihak Brigadir J dipersilakan untuk membuat laporan ke PPATK.
"Jika pengacara almarhum J punya data dan faktanya, mungkin bisa diserahkan ke kami untuk ditangani," ujar Ivan kepada tvOnenews.com, Senin (15/8/2022).
Ivan menjelaskan pihaknya akan mendalami dugaan tindak pidana jika mendapat laporan. Dia mengatakan mekanisme PPATK hanya bisa dilaksanakan sesuai yang ditentukan berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010.
"Mekanisme yang berlaku selama ini sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku," jelasnya.
"Semua tugas dan kewenangan yang kami lakukan, baik dalam hal analisis, pemeriksaan (peoaktif dan reamtif), termasuk penghentian transaksi, pembekuan rekening, dalam kasus apapun berdasarkan UU tersebut," tambahnya.
Dia menekankan PPATK terus berkoordinasi dengan pihak berwajib sebelum bertindak melakukan wewenangnya melacak transaksi sebuah perkara.
"Kami terus koordinasi dengan penegak hukum dalam hal proses analisis atau pemeriksaan yang dilakukan. Itu berdasarkan laporan transaksi dari pihak pelapor yang diterima PPATK," imbuhnya. (lpk/amr/Mzn)
Jangan lupa subscribe YouTube tvOnenews.com: