Komnas HAM Temukan Adanya Kesalahpahaman Pada Tragedi Kanjuruhan, Inilah Fakta Dibalik Kejadian yang Sebabkan Ratusan Korban Berjatuhan
Jakarta - Duka masih menyelimuti Masyarakat Indonesia pasca kejadian Tragedi Kanjuruhan yang telah menewaskan ratusan korban.
Sungguh disayangkan kejadian tersebut timbul dikarenakan terjadi kerusuhan setelah pertandingan sepakbola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Beberapa faktor penyebab kerusuhan di dalam Stadion Kanjuruhan tersebut menyebabkan ratusan orang menjadi korban. Dalam kabar terakhir, data korban meninggal pada tragedi Kanjuruhan menjadi 131 orang.
Para suporter yang kala itu menonton pertandingan, banyak yang mengeluh sesak nafas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion. Para suporter tersebut panik dan akhirnya berhamburan.
Korban Sangat Mengenaskan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemui para suporter Aremania di Malang, Jawa Timur korban Tragedi Stadion Kanjuruhan pada Senin, (3/10/2022).
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Choirul Anam menyebut, dirinya telah menemui banyak pihak untuk menggali informasi terkait tragedi Kanjuruhan.
Mulai dari teman-teman aremania yang berhasil keluar dari kepungan asap gas air mata, relawan hingga keluarga korban.
"Jadi teman-teman khususnya keluarga dan teman-teman aremania maupun relawan yang menangani jenazah memberikan informasi terkait hal tersebut. Wajahnya bilang banyak biru," ungkap Anam, Rabu (5/10/2022).
Selain itu, dia juga mendapatkan informasi terkait kondisi korban kekerasan yang dialami sebagian suporter. Sebagian aremania, kata dia, mengalami patah tulang dan luka-luka.
"Kondisi luka-luka ini macam-macam kondisinya. Ada yang kaki patah, ada yang rahang patah, ada yang memar dan lain sebagainya," ujarnya.
Dia juga bertemu dengan salah satu korban yang berhasil selamat. Salah satu korban yang berhasil ditemui menunjukkan kondisi mata yang mengkhawatirkan.
"Kami bertemu dengan salah satu korban yang kena peristiwa pada hari sabtu, pada hari senin itu baru bisa melihat. Sebelum itu nggak bisa melihat," ungkapnya.
"Kalau dibuka matanya itu nggak bisa, dadanya sesak tenggorokannya perih. Itu beberapa contoh yang informasi yang kami dapatkan dari ini pasti banyak," tandas dia.
Sebelumnya, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, fakta itu menjadi catatan penting Komnas HAM dalam menyelidiki kasus tewasnya 131 suporter klub Arema Malang itu. Komnas HAM mencatat dua fakta penting dari temuan sementara mereka.
"Beberapa catatan penting yang kami dapatkan. Yang pertama adalah kondisi jenazahnya mukanya biru. banyak yang mukanya biru. Ini menunjukkan kemungkinan besar kekurangan oksigen karena juga gas air mata, jadi mukanya biru. Terus ada yang matanya merah, keluar busa dari mulutnya," katanya.
Aparat Menghalau Suporter Masuk Kelapangan. (Antara)
Dia menegaskan, kondisi beberapa jenazah itu sangat mengerikan. Sebab, secara fisik, kondisi wajahnya membiru akibat kehabisan oksigen dan kebanyakan menghirup gas air mata yang ditembakan polisi.
"Kondisi jenazahnya sendiri secara fisik ada beberapa yang sangat-sangat memprihatinkan yang menunjukkan sebenarnya adanya kurang lebih menjadi potensi penyebab kematian," ungkapnya.
Selain itu, dia juga memastikan jumlah jenazah lebih dari 125 orang sebagaimana data catatan pemerintah. Sebab, ada juga jenazah yang langsung dibawa pulang keluarga sesaat setelah peristiwa maut itu terjadi.
"Jadi jenazah ini angkanya pasti akan bertambah dari 125 pasti akan bertambah terus. sekarang emang situasinya saat itu di hari h mulai sabtu sampai minggu pagi itu memang sangat crowded sehingga angkanya akan bertambah karena beberapa belum dicatat atau langsung dibawa pulang oleh anggota keluarganya," ungkapnya.
Aremania Hanya Memberikan Semangat
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meyakini bahwa suporter club bola Arema yakni Aremania merangsek turun ke lapangan hijau untuk memberi dukungan semangat berupa pelukan ke para pemain yang baru saja kalah melawan Persebaya.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam dalam konferensi persnya pada Rabu (5/10/2022).
Cak Anam sapaan akrabnya, mengatakan bahwa pernyataan soal suporter Aremania itu anarkis membuat kerusuhan dengan turun ke lapangan adalah tidak benar.
Hal ini dia yakini setelah dia telusuri dengan terjun langsung ke Malang meminta konfirmasi kepada para suporter serta para pemain Arema FC nya.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam. (Tim tvOne - Rika Pangesti)
Pada hari Senin (3/10/2022) lalu, Komnas HAM yang dalam hal ini diwakili oleh Anam menyelidiki penyebab terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Dalam pertemuannya dengan berbagai pihak yang terlibat, dia menemukan fakta-fakta yang berbeda seperti yang diungkit di media massa.
Dia menjelaskan, bahwa pihaknya ingin betul-betul mengulas fakta yang sebenarnya terjadi hingga mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa.
Merasa belum cukup Informasi dari suporter, tim Komnas HAM juga mengonfirmasi kebenaran informasi itu ke para pemain Arema Malang.
Hasilnya tak berbeda. Para pemain mengakui bahwa kedatangan suporter itu untuk memotivasi mereka yang malam itu kalah unggul dari tim tamu Persebaya Surabaya.
"Kami crosscek kalimat-kalimat itu juga sama, mereka berdialog dengan teman-teman pemain terutama pemain yang terakhir meninggalkan lapangan. Itu juga disampaikan. Tidak ada pemain yang luka," ungkapnya.
Berdasarkan fakta-fakta itu, dia membantah bila disebut suporter Arema Malang hendak menyerang pemain dan official saat berhamburan ke tengah lapangan.
"Jadi kalau ada informasi yang bilang suporter ke sana itu menyerang, pemain-pemainnya bilang tidak seperti itu, dan suporternya juga bilang tidak seperti itu. Jadi dinamika ini sangat penting," ungkapnya.
Seperti diketahui, polisi menyatakan, kericuhan terjadi karena aremania merangsek ke tengah lapangan dan hendak menyerang pemain dan official.
"Nah lalu, kami telusuri, kami bertemu dengan beberapa aremania termasuk juga meng-cross cek informasinya dengan para pemain," ungkapnya.
"Jadi mereka berangkat (ke tengah lapangan) itu mau berikan semangat, berkomunikasi dengan pemain. Kami crosschek. Jadi mereka (aremania) merangsek itu mau kasih semangat, berkomunikasi dengan pemain. Kami cross cek kepada suporter, bilangnya kami ingin ngasih semangat," papar dia.
Instruksi Penggunaan Gas Air Mata
Fakta mengejutkan disampaikan oleh Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Ada Pejabat di Dalam Stadion Kanjuruhan Perintahkan Gunakan Gas Air Mata.
Padahal, lima jam sebelum pertandingan Kapolres Malang instruksikan anggotanya untuk tidak boleh menggunakan kekerasan jika ada insiden yang tidak diinginkan pada pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya itu.
Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto, di Kabupaten Malang, Selasa, mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya juga masih melakukan penelitian terkait dari mana perintah kepada anggota di lapangan untuk menggunakan gas air mata tersebut.
"Ini kami teliti. Karena saat itu Kapolres Malang sedang di luar akan mengamankan pemain (Persebaya) yang akan keluar," kata Wahyu.
Tragedi Kanjuruhan (sumber: dok ist)
Wahyu menjelaskan, pada saat Kapolres Malang (nonaktif) AKBP Ferli Hidayat tersebut berada di luar, di dalam Stadion Kanjuruhan terjadi kericuhan dan kemudian petugas menggunakan gas air mata untuk mengurai massa. Dengan kondisi tersebut, katanya lagi, diperkirakan ada pejabat di dalam yang memerintahkan anggota untuk menggunakan gas air mata tersebut. Penggunaan gas air mata itu, menyebabkan kepanikan para suporter yang ada di dalam stadion.
"Kejadian itu di dalam, berarti ada pejabat di dalam yang memerintahkan. Siapa orangnya, sedang disidik. Tapi sembilan orang sudah dicopot. Tim sedang bekerja," ujarnya pula.
Begini Instruksi dari Kapolres
Ia menambahkan, Kapolres Malang (nonaktif) Ferli Hidayat saat itu tidak memerintahkan anggotanya untuk menggunakan gas air mata guna mengurai massa. Saat itu, Ferli telah mengambil langkah antisipasi dengan memberikan arahan langsung kepada personel.
"Dalam apel yang dilakukan, sudah ada instruksi tidak boleh ada kekerasan dalam kondisi apa pun. Instruksi diulang berkali-kali oleh Kapolres saat apel persiapan," katanya lagi.
Tiga instruksi dari AKBP Ferli Hidayat itu disampaikan pukul 15.00 WIB, atau lima jam sebelum laga Arema vs Persebaya digelar.
"Saya tekankan, yang pertama, tolong tidak ada satupun anggota yang membawa senjata api, jadi kalau masih ada, baik bintara senior maupun perwira tolong segera diamankan dulu," kata AKBP Ferli Hidayat, dalam rekaman video itu.
Kemudian, AKBP Ferli Hidayat juga meminta anggotanya yang melakukan pengamanan di stadion Kanjuruhan untuk tidak melakukan kekerasan yang eksesif, atau diluar dari kebiasaan.
"Kedua, tolong tidak ada yang melakukan kekerasan yang sifatnya eksesif. Seperti apapun nanti dinamikanya, tolong jangan sampai kita melakukan kekerasan yang eksesif. Sesuaikan saja ancaman yang kita hadapi dengan penggunaan kekuatan yang kita miliki," kata dia.
AKBP Ferli Hidayat juga meminta agar jajaran perwira senior yang bertugas dalam pengamanan di stadion Kanjuruhan melakukan pengawasan dan pengendalian kepada anggotanya yang bertugas.
"Ketiga, saya mohon bantuan rekan rekan perwira. Lakukan pengawasan dan pengendalian penuh terhadap rekan-rekan anggotanya," kata AKBP Ferli Hidayat.
Tragedi Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Lebih dari 120 Jiwa Melayang
Lebih dari 120 orang meninggal saat Kericuhan terjadi usai pertandingan Derbi Super Jatim antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam.
Kepala dinkes Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo mengatakan Lebih dari 120 orang telah meninggal. Pihaknya masih mendata jumlah korban luka yang terdapat di tiga rumah sakit kota dan kabupaten Malang.
"Lebih dari 120 orang meninggal, mereka meninggal karena caos, berdesak-desakan, terinjak-injak dan sesak napas".
Wiyanto menambahkan korban luka yang pasti lebih dari seratus dan dirujuk ke rumah sakit Saiful Anwar dan rumah sakit Kanjuruhan.
Kericuhan tersebut bermula saat ribuan suporter Aremania merangsek masuk ke area lapangan setelah Arema FC kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan dan Stadion Kanjuruhan menggunakan empat mobil Polri, barracuda. Sementara beberapa pemain Arema FC yang masih di lapangan lantas diserbu pemain.
Tragedi Kanjuruhan (sumber: dok ist)
Kericuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Ada kobaran api pada sejumlah titik di dalam stadion tersebut. Terlihat dua unit mobil polisi yang salah satunya adalah mobil K9 dibakar. Sementara satu mobil lainnya rusak parah dengan kaca pecah dan dalam posisi miring di bagian selatan tribun VIP.
Dengan jumlah petugas keamanan yang tidak sebanding dengan jumlah ribuan suporter Arema FC tersebut, petugas kemudian menembakkan gas air mata di dalam lapangan. Tembakan gas air mata itu membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernafas.
Banyaknya suporter yang pingsan, membuat kepanikan di area stadion. Banyaknya suporter yang membutuhkan bantuan medis tersebut tidak sebanding dengan jumlah tenaga medis yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.
Para suporter itu, banyak yang mengeluh sesak nafas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion. Para suporter tersebut panik dan akhirnya berhamburan.
Ratusan korban hingga kini masih dirawat di berbagai rumah sakit di Malang, Jawa Timur. (ito/rka/rpi/kmr)