- Antara
Selaras dengan Komnas HAM, TGIPF Sebut Ada Indikasi Pelanggaran HAM Dalam Tragedi Kanjuruhan
Jakarta - Hilangnya ratusan nyawa dalam Tragedi Berdarah Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu dinilai adanya indikasi pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Mahfud MD menyoroti dugaan pelanggaran HAM terhadap ratusan suporter club bola Arema ini.
Terkait hal ini, Mahfud mengatakan sudah berkoordinasi dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kita sudah mendiskusikan dan melakukan crosscheck temuan dengan Komnas HAM," kata Mahfud, Rabu (12/10/2022).
"Ada kemungkinan Komnas HAM merekomendasikan sesuatu yang khas sesuai dengan kewenangannya. Apa itu? Nanti saja, biar Komnas HAM yang mengumumkan," ujarnya.
Lebih lanjut, kata dia, temuan TGIPF takkan diumumkan sebelum diserahkan kepada Presiden.
"Sebab TGIPF dibentuk dengan Kepres untuk keperluan Presiden," katanya.
Dia menegaskan, timnya akan segera mengungkap hasil temuannya selama 10 hari menyelidiki fakta-fakta sebenarnya dalam Tragedi Kanjuruhan.
"TGIPF akan menyerahkan laporan kepada Presiden Jumat atau Senin mendatang," tandasnya
Sebelumnya diberitakan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan banyak fakta-fakta di sekitar peristiwa maut Stadion Kanjuruhan, Malang. Diantaranya soal situasi kepanikan suporter di pintu keluar stadion setelah penembakan gas air mata.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam menjelaskan, tembakan gas air mata ke arah tribun penonton telah menyebabkan kepanikan luar biasa pada suporter Arema Malang. Mereka lalu berhamburan berupaya keluar dari jebakan gas air mata yang mulai penuhi tribun penonton.
"Kan kondisi ini terjadi setelah ricuh, apalagi kericuhan itu banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami itu akibat gas air mata membuat panik dan lain sebagainya sehingga terkonsentrasi di sana di beberapa titik pintu," katanya dalam keterangannya dikutip, Kamis (6/10/2022).
Sayangnya, upaya bersama para suporter untuk keluar dari dalam stadion itu menyebabkan penumpukan di pintu keluar yang terbuka sempit.
Situasinya semakin sulit dikendalikan sebab pada saat bersamaan suporter berada di titik konsentrasi yang sama untuk keluar tetapi tak didukung oleh kondisi pintu gerbang stadion.
"Ada pintu yang terbuka sempit, ada pintu yang tertutup, itu yang membuat banyak terjepitnya korban," ungkapnya.
Pihaknya juga sedang mendalami rencana pengamanan Polisi pada pertandingan itu. Menurut Anam, rencana pengamanan itu sangat penting untuk di dalami. Salah satunya untuk menjawab pertanyaan publik soal penggunaan gas air mata dalam stadion.
"Dalam konteks ini yang paling penting sekali sedang dalam proses mendalami bagaimana perencanaan pengamanannya. Perencanaan pengamanan ini sangat penting, kalau ada pertanyaan kenapa kok gas air mata masuk dalam stadion, itu adanya di perencanaan pengamanan," ungkapnya.
Dia mengatakan, matang atau tidaknya rencana pengamanan bisa diukur dari upaya yang dilakukan sebelum petugas diterjunkan untuk pengamanan stadion.
"Apakah perencanaan pengamanannya tidak matang, apakah ada briefing, ada simulasi sehingga masing-masing orang petugas keamanan khususnya petugas keamanan yang BKO dari luar kota Malang itu mengetahui titik-titik krusial, bagaimana budaya-budaya suporter khususnya suporter Aremania," ungkapnya.(rpi/ppk)