- Antara
Pertemuan Kedua Menteri Kesehatan Anggota G20 Hasilkan Empat Kerangka Kerja Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
Bali – Ada empat kerangka kerja penanggulangan penyakit tuberkulosis (TB) yang digagas dalam diplomasi Pertemuan Kedua Menteri Kesehatan (2nd HMM) G20 bidang kesehatan.
“TB adalah penyakit infeksius, kerangka kerjanya ada empat,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers 2nd HMM di Bali, Kamis (27/10/2022)
Kerangka kerja itu masing masing adalah, pertama, menyesuaikan protokol kesehatan seperti penanggulangan COVID-19 melalui cara Menggunakan Masker, Menjaga Jarak, Mencuci tangan (3M).
“Penanggulangan TB perlu memastikan lingkungan yang sehat serta ventilasi udara yang bagus,” kata Budi.
Kedua, perlunya memperkuat jaringan laboratorium deteksi penyakit dalam rangka memperkuat pengawasan TB.
“Saat terdeteksi positif TB, segera bawa ke fasilitas pelayanan perawatan. Harus bisa pastikan kontak pasien dikenali dan diindentifikasi, ini sama seperti TB," ujarnya.
Menurut Budi, peningkatan pengawasan TB perlu diintensifkan. Sebab, berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari sekitar 842 ribuan orang terindentifikasi TB, hanya 200 ribuan saja yang teridentifikasi nama dan alamat yang jelas.
"Orang ini dapat menyebarkan TB. Kami tingkatkan pengawasan, tes PCR dilakukan di laboratorium harus digabungkan dengan rongent sehingga ada pengawasan berbeda," kata Menteri Kesehatan.
Terapi TB menjadi kerangka kerja keempat penanggulangan pandemi melalui pengadaan vaksin hingga pembentukan jejaring 'orang tua asuh' bagi pasien.
“Indonesia diminta sejumlah badan untuk menjadi lokasi uji coba vaksin TB terbaru. Merawat pasien TB ada standarnya, harus rawat rutin enam bulan, harus temukan mekanisme seperti orang tua asuh dalam mengingatkan minum obat," katanya.
Sampai saat ini tercatat bahwa Tuberculosis adalah pembunuh menular tertinggi kedua di dunia setelah Covid-19. Penyait ini dapat merenggut hampir 4.100 nyawa sehari. Ini adalah pembunuh utama orang dengan HIV dan kontributor utama kematian terkait resistensi antimikroba.
WHO mengestimasikan 10 juta orang sakit dengan TB setiap tahun. Sebanyak 8 persen di antaranya adalah orang di Indonesia, dengan 824.000 angka kejadian (insidensi) TB setiap tahun. Indonesia adalah negara dengan beban TB tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Cina.
Target mengentaskan TB pada 2030 sesuai arahan WHO memiliki implikasi biaya. Pemodelan terbaru memperkirakan, jika dunia tidak memenuhi TB secara global, maka akan terjadi 31,8 juta kematian TB dan kerugian 18,5 triliun dolar AS selama periode 2020-2050. (hw/ppk)