- istimewa
Wakil Ketua DMI Minta Indonesia Jadi Pelopor Peradaban Dunia Baru
Jakarta - Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Syafruddin Kambo, menyebut dengan penduduk Islam terbanyak di dunia, Indonesia harus dapat menjadi pelopor dalam menghadapi peradaban dunia baru.
“Sekarang pesantren kita 27 ribuan, santri kita 4 jutaan, masjid kita 800 ribu, masjid yang terbanyak di seluruh dunia. Jadi luar biasa kalau mau bicara peradaban, Indonesia ini tidak bisa dianggap remeh peradabannya."
"Dengan modal data ini 4 juta santri lebih, 1 santri taruhlah ada 5 orang keluarganya, 4 juta dikali 5, 20 juta. Ini jangan main-main, ini bisa membuat peradaban baru,” kata Syafruddin dalam Konferensi Internasional Pengasuh Pesantren Se-Asia Tenggara dengan Tema Strategi Pengembangan SDM Pesantren di Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2022).
Syafruddin menambahkan, ada fenomena di tengah masyarakat bahwa dengan banyaknya jumlah santri ini, justru masih merasa pesimis dalam menghadapi peradaban dunia baru.
"Gampang sekali Indonesia dengan ini saja empat juta sekian santri, kita tidak usah bicara madrasah, enggak usah universitas Islam, kemudian masjid kita ini 800 ribu. Di samping tempat ibadah juga sebagai tempat pendidikan dan pusat peradaban, kok masih banyak sebagian masyarakat Indonesia yang pesimis akan kemajuan."
"Bangsa Indonesia ini adalah perahu besar yang sedang berlayar, di dalamnya hampir semuanya umat Islam, di dalamnya para santri, para ustadz, kita-kita semua di dalamnya perahu besar itu,” terangnya.
Oleh karena itu, Syafruddin menegaskan bahwa Indonesia harus bersama-sama membangun bangsa ini dan mengetahui tujuan perahu besar ini akan dibawa ke mana.
“Bangsa Indonesia akan dikelola 80 persen generasi muda. Dan seluruhnya seluruh santri itu ada di sini, 4 juta santri ini yang akan mengelola Indonesia. Oleh karena itu, pada kesempatan kongres yang mulia ini kita sedang kumpul di sini, kita menjadi nakhoda kita betul-betul mempersiapkan ini untuk naik ke perahu besar Indonesia berlayar menuju Indonesia demografi 2030, jangan sampai kita ketinggalan,” ungkap mantan Menpan-RB ini.
Tak hanya itu, Syafruddin juga mengajak seluruh pengasuh pesantren untuk selalu menjaga para santri agar tidak terpengaruh dengan perubahan kultur.
“Oleh karena itu, kultur itu jangan sampai berubah ke satu kawasan ke satu zona di Barat atau Eropa sekarang sedang menuju ke Islam, jangan sampai Asia menuju ke luar Islam atau sekuler. Oleh karena itu, kita punya tanggung jawab yang sangat besar,” tegas Syafruddin.
“Makanya sekarang persentase pejabat banyak yang menyekolahkan anaknya di pesantren. Kenapa? Karena tadi takut ada dua peradaban yang sedang berjalan. Coba di India hampir 200 juta umat Islam sekarang, karena apa, kasta sudah tidak dipercaya lagi. Begitu terbuka media sosial, ilmu pengetahuan teknologi semua bisa mengakses informasi,” sambungnya.
Mantan Wakapolri ini juga menyinggung bahwa dunia benar-benar sedang mengalami pergeseran peradaban usai berhadapan dengan pandemi COVID-19 serta adanya perang Rusia-Ukraina.
“Akhirnya gandum susah, gas susah, yang akhirnya disimpulkan oleh pemuka dunia tahun depan akan menjadi tahun gelapnya ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia jangan jadi ikut gelap. Biar di Eropa sana, (Indonesia menjadi bagian) yang mempertahankan isi dari perahu besar, emas bagi Indonesia untuk menyalip bangsa-bangsa yang telah maju,” tutur Syafruddin. (ree)