- Istimewa/NU Online
Pahlawan yang Disapa Kiai Bambu Runcing, Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Tahun 1885, saat itu Subchi masih kecil dan berada di gendongan ibundanya untuk mengungsi dari kejaran pasukan Belanda. Subchi kecil yang dididik oleh orang tuanya, dengan tradisi pesantren yang kuat. Ia kemudian nyantri di pesantren Sumolangu, asuhan Syekh Abdurrahman Sumolangu (ayahanda Kiai Mahfudh Sumolangu, Kebumen).
Dari mengikuti ngaji di pesantren itu, Kiai Subchi menjadi pribadi yang matang dalam ilmu agama hingga pergerakan kebangsaan.
Parakan yang merupakan sebuah kota kecil di Kabupaten Temanggung, memiliki arti penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sebab, pada awal abad 20, Temanggung menjadi basis pergerakan Sarekat Islam (SI). Kaum santri yang tinggal di Parakan, menjadi tulang punggung kaderisasi SI.
Bahkan, di Parakan juga pernah diselenggarakan Kongres Sarekat Islam, yang dihadiri oleh HOS Tjokroaminoto.
Pada 1913, anggota Sarekat Islam di Parakan, berjumlah 3.769 orang. Cabang SI Temanggung dibuka pada 1915, dengan jumlah anggota 4.507 (Thamrin, 2008).
Singkat cerita, ketika pasukan Belanda menyerbu kembali Jawa pada Desember 1945, barisan santri dan kiai bergerak bersama warga untuk melawan. Pertempuran di Ambarawa pada Desember 1945 menjadi bukti nyata.