- Kolase tvonenews.com / Muhammad Bagas
Psikolog Forensik Beberkan soal Tuduhan Brigadir J Kepribadian Ganda: Persoalan Pidana Baru Sambo, Kok Bisa?
Jakarta - Lanjutan kasus pembunuhan berencana yang menewaskan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. Adapun terbaru, Psikolog Forensik beberkan soal tuduhan Brigadir J kepribadian ganda: Persoalan pidana baru Sambo, Senin (14/11/2022).
Baru-baru ini Pengacara Ferdy Sambo membuat surat yang berisikan menuding Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat mengidap kepribadian ganda. Dalam surat yang ditujukan buat Majelis Hakim.
Psikolog Forensik Beberkan soal Tuduhan Brigadir J Kepribadian Ganda: Persoalan Pidana Baru Sambo, Kok Bisa?
Reza Indragiri Amriel selaku Psikolog Forensik hadir sebagai narasumber di Apa Kabar Indonesia Malam, pada Minggu (13/11/2022). Dikenal sebagai sosok yang cukup vokal saat pertama kali kasus pembuhunan Brigadir menyeruak.
Berdasarkan dugaan sementara melalui keterangan saksi yang menyatakan bahwa dugaan Yosua korban pelecehan seksual. Tak hanya itu Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat juga disebut kepribadian ganda dan artinya menderita juga disabilitas.
Host tvOne menanyakan soal apa pengaruh jalannya persidangan dari semua yang dituduhkan atau berdasarkan keterangan saksi.
"Jadi saya sedang tidak menentang para saksi ya, saya simak perkataan mereka, lalu saya anggap itu kebenaran versi saksi. Demikian pula penasihat hukum yang sepengetahuan saya, sudah mulai mengangkat bahwa mendiang Brigadir Yosua itu punya kepribadian ganda,"
"Konsekuensinya apa? Mendiang Brigadir Yosua di satu sisi disebut sebagai pelaku kekerasan seksual, di lain sisi juga disebut sebagai penyandang disabilitas," ujarnya.
Reza Indragiri menuturkan bahwa jika membuka undang-undang penyandang disabilitas, terhadap orang yang disebut pelaku ini dan dia mengidap disabilitas mental tertentu.
Maka untuk dia harus diberikan kesempatan untuk berobat, mencari perlindungan dan untuk mendapatkan upaya-upaya hukum agar dia bisa membela dirinya.
Dengan ada catatan tambahan bahwa dia disebut juga sebagai pengidap kepribadian ganda alias penyandangan disabilitas mental.
Tetapi sejauh ini Reza menyatakan belum pernah mendengar bahwa orang yang disebut sebagai pelaku kekerasan seksual yakni Brigadir J, diberikan kesempatan untuk dapat perlindungan dan untuk berobat.
"Konsekuensinya ini bisa pidana, jadi ketika ada pihak yang mengatakan bahwa mendiang Brigadir Yosua adalah pelaku kekerasan seksual sekaligus penyandang disabilitas. Tapi tidak memberikan berbagai macam hak penyandang disabilitas, maka dia justru bisa kena pidana,"
"Konkretnya adalah mendiang Brigadir J ini mengidap kepribadian kapan? saat bekerja dengan terdakwa FS dan PC. Berarti semakin nyata kemungkinan bahwa terdakwa FS dan PC tidak memberikan hak-hak Brigadir Yosua,
"Justru tambah persoalan pidana mereka berdua yaitu pidana terkait dengan pelanggaran pasal 145 UU penyandang disabilitas. Keterangan yang disampaikan kepada hakim jadi blunder, jadi bumerang untuk mereka berdua," paparnya.
Lebih lanjut, Reza Indragiri menyebutkan bahwa jika kita hanya "melihat Ferdy Sambo" sebagai terdakwa pembunuhan berencana, ada sangkut pautnya dengan Obstruction Of Justice. Kemudian sekarang ada persoalan baru yaitu pelanggaran undang-undang penyandang disabilitas.
"Barangkali strategi awalnya adalah untuk memberikan stigma negatif kepada mendiang Brigadir Yosua sekaligus syukur-syukur dapat keringan hukuman, tapi alih-alih mereka justru membuka satu persoalan pidana baru yang selama ini tidak diketahui oleh masyarakat." pungkasnya.
Kontroversial
Kehadiran ART Ferdy Sambo, Susi di persidangan Bharada E pun mendapat sorotan khusus dari netizen di media sosial, lantaran dalam foto bersama keluarga dan ajudan, Susi sebelumnya nampak tidak menggunakan kerudung.
Namun penampilan Susi jadi berbeda saat dia menjadi saksi di persidangan Bharada E pada Senin (31/10/2022). Ia mendadak mengenakan kerudung hitam untuk menutupi rambutnya.
Penggunaan hijab tentu merupakan hal yang baik untuk seorang muslimah. Namun, kecurigaan netizen pada Susi yang mendadak berhijab itu bermula dari asumsi jaksa penuntut umum (JPU).
Adapun JPU curiga Susi mengenakan ‘handsfree’ saat menjalani persidangan tersebut, sebab jawabannya begitu berbelit dan terkesan berbohong.
Ia dicurigai berkomunikasi dengan seseorang yang mendiktenya dari jarak jauh agar jawabannya sesuai dengan kehendak pihak tertentu.
“Saudara jujur saja. Saudara saksi dalam memberikan keterangan, apakah saudara saksi menggunakan handsfree? Ada yang mengajari saudara,” tanya JPU kepada Susi dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J, pada Senin (31/10/2022).
Susi lantas menjawab dengan yakin bahwa dirinya tidak sedang mengenakan alat komunikasi apapun.
“Tidak ada,” jawab Susi.
“Dipastikan itu tidak ada?,” tanya JPU kembali.
Atas kejanggalan keterangan yang disampaikan Susi, majelis hakim menginstruksikan agar Susi dipisahkan dengan saksi lainnya.
“Saudara saksi ini tolong dipisahkan dengan saksi yang lain, nanti kita kroscek dengan saksi yang lain sejauh mana dia berbohong,” pinta hakim ketua Wahyu Iman Santosa. (mum/ind)