Ilustrasi - Polisi robot.
Sumber :
  • Freepik

Wih, Polri Bakal Punya Polisi Robot? Begini Penjelasan Brigjenpol Yehu

Jumat, 18 November 2022 - 22:14 WIB

Bagaimana jadinya jika Polri mempunyai personel polisi robot? Analis Kebijakan Utama Bidang Jemen Itwasum Polri Brigjenpol Yehu Wangsajaya menjelaskan bahwa hal itu mungkin saja terjadi.

Kendati masih dalam bentuk konsep, polisi robot bukan hal mustahil bagi dunia kepolisian Indonesia. Brigjenpol Yehu kini tengah berjuang mewujudkan mimpi tersebut lewat studi doktoralnya.

Dalam desertasinya, Yehu sedang merancang prototipe robocop atau polisi robot. “Saya sekarang sedang bikin prototipe robo cop (polisi robot) untuk disertasi S3 saya. Mohon doanya ya,” jelasnya.

Yehu merupakan sosok yang telah banyak berjasa mewujudkan digitalisasi di tubuh Polri. Sebagai magister di bidang ilmu komputer, ia termasuk penggagas ujian SIM berbasis komputer.

Kala itu tahun 1998-an saat Yehu menjabat sebagai seorang Wakasat Lantas Poltabes Medan.

“Ada anak mahasiswi nangis udah ujian SIM tiga kali nggak lulus-lulus. Saat itu peraturannya kan memang ujian SIM maksimal tiga kali. Begitu saya cek jawabannya menggunakan sistem komputerisasi, ternyata dia lulus!,” serunya.

Di situlah ia menerangkan pentingnya komputerisasi untuk mengurangi human eror. Selain itu Yehu juga pernah diundang ke Korea Selatan lantaran berhasil menciptakan panic button. Sebuah sistem alarm yang bisa membantu masyarakat saat mengalami kejadian tak diinginkan di jalanan.

“Sayang hingga saat ini belum bisa diterapkan, karena kita belum bisa produksi massal,” ujarnya lirih.

Di internal Polri ia termasuk tim penggagas Aplikasi Riwayat Hidup Personel Polri (RHPP) Mabes Polri yang kemudian dijadikan Satker Info Personel Spers Polri pada tahun 2011.

“Sebelum didigitalisasi itu ada banyak yang dobel-dobel datanya,” kata Yehu.

Tak berhenti di sana Yehu juga aktif menulis, salah satu bukunya yang diterbitkan oleh Raja Grafindo Persada berjudul Kewaspadaan Nasional Terhadap Proxy War. Aktifnya tangan Yehu untuk terus berkarya ini juga seirama dengan rasa hausnya terhadap ilmu.

Saat ditanya untuk apa dirinya bersusah payah menyelesaikan doktoral, sementara masa pensiun tinggal dua setengah tahun lagi. Yehu dengan yakin menjawab ia akan mengabdikan diri menjadi seorang pengajar.

“Saya ingin mewujudkan cita-cita saya waktu kecil jadi guru. Mengajar teknologi tentunya sesuai dengan bidang saya. Ikut membantu mewujudkan SDM Indonesia unggul,” pungkasnya.

Profil Brigjenpol Yehu Wangsajaya

Apabila Anda ketik namanya di mesin pencarian Google maka sosoknya akan langsung muncul di halaman pertama. Sedikitnya ada 10 media yang memuat sosoknya sejak bulan Oktober lalu.

Semua bermula dari viralnya Brigjenpol Yehu di berbagai platform media sosial, mulai Twitter hingga Tiktok. Cuplikan-cuplikan video pendek itu mengarah ke satu sumber yakni kanal Youtube FK Communication dengan judul ‘Jenderal Bersahaja di Tengah Hedonisme Polri’.

Pantas saja sosoknya mendadak viral. Tidak berlebihan rasanya jika salah satu netizen menyebutnya seperti oase di padang pasir.

Ketika publik ramai disuguhkan gaya hedonisme para petinggi polri, sosok jenderal bintang satu ini dengan entengnya pulang pergi menuju Mabes menggunakan angkutan umum. Suatu yang amat kontradiktif.

Tim tvonenews.com pada Jumat (11/11/2022) mencoba mendatangi langsung kediamannya. Rumahnya terbilang sederhana untuk ukuran perwira tinggi polisi. Letaknya pun berada di dalam gang yang idealnya hanya muat seukuran satu mobil.

Tepatnya di Komplek Kostrad, Kelurahan Tanah Kusir, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Daerah yang ketika diguyur hujan deras langganan banjir bisa sampai selutut.

Pagi itu hari Jumat, Yehu berangkat mengenakan baju batik dan tas selempang hitam. Ia nampak begitu bersemangat memulai harinya.

Tanpa pengawalan siapapun jenderal bintang satu ini berjalan kaki menyusuri permukiman, menyapa tetangga, hingga akhirnya tiba di halte terdekat hanya berjarak 200 meter.

Bus Transjakarta menjadi pilihannya sejak tahun 2013 silam. Ia transit lalu menyambung menggunakan MRT dan turun di Stasiun ASEAN. Setelah naik turun tangga, ia masih harus berjalan sejauh 300 meter menuju Mabes Polri.

Di usianya yang sudah 55 tahun, jalannya begitu cepat dan tegap. Sampai di gerbang Mabes, ia masih harus menyusuri lorong dan naik ke lantai tiga. Di situlah Yehu sebagai

“Beginilah saya sehari-hari dari tahun 2013. Naik transportasi umum enak, bebas macet, murah, dan aman,” tutur alumni akademi polisi tahun 1989 ini sambil kemudian mengaduk kopinya.

Saat ditanya, bagaimana tanggapan keluarga maupun kolega seorang jenderal bintang satu pulang pergi ke kantor naik transportasi umum.

“Lah, kita ini kan cuman pelayannya masyarakat. Hidup sewajarnya saja. Toh trasnportasinya juga sudah bagus, bersih, dan nyaman kayak di luar negeri,” jelasnya.

“Kalau bukan kita yang naik lalu mau siapa lagi? Misal nggak ada yang naik, kan jadinya negara juga yang rugi. Nanti misal ditutup kita bingung lagi cari transportasi publik,” kata Yehu sambil berseloroh.

Selain ramah lingkungan, Yehu sendiri punya misi jalan kaki minimal 6.000 langkah per hari. Mantan Kapolres Minahasa ini bertekad untuk tetap bugar walau sudah mendekati masa pensiun.

Soal malu naik transportasi umum, kata dia, itu pola pikir yang keliru. Di negara-negara maju bahkan para eksekutif berpergian menggunakan kereta api karena mengejar value ketepatan waktu.

“Dengan naik MRT saya bisa pastikan berangkat jam sekian tiba jam sekian. Udah nggak ada khawatir macet, antre isi bensin, dan lain-lain,” ujarnya.

Jauh sebelum Presiden Joko Widodo berpesan kepada para petinggi Polri agar hidup sederhana, pria kelahiran Cianjur Jawa Barat ini bahkan sudah menemukan kebahagian dalam kesederhanaanya itu.

“Menurut saya, semakin sederhana, semakin simpel kita akan semakin bahagia. Bener deh, malah pusing kita kalau terlalu banyak mikirin gaya. Akhirnya yang jadi tugas pokok malah nggak terlaksana,” tutur sosok yang yatim piatu sejak kecil ini.

Hal itu juga yang mendasarinya saat menjabat Kapolres sering menolak pengajuan persetujuan kredit dari para bawahannya.

“Karena kalo apa-apa kita biasakan kredit hanya untuk bergaya, nanti khawatirnya di jalan saat tugas melakukan hal-hal di luar kewenangannya, karena ter-pressure harus menuhin cicilan,” katanya.

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:39
08:39
05:30
02:02
03:14
01:41
Viral