- Tim tvOne/Arief Budiman
Polisi Mengaku Kesulitan Mengungkap Motif Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres, Ternyata Karena Ini!
Jakarta – Hingga saat ini kasus kematian misterius satu keluarga di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat masih terus bergulir. (19/11/2022)
Belakangan semakin banyak saksi yang dikaitkan dengan kasus kematian satu keluarga ini. Terbaru, kepolisian memeriksa dua saksi terkait kematian satu keluarga di Perumahan Citra Garden, Kalideres.
Dua orang saksi tersebut merupakan anak dari korban pasangan suami istri yang juga meninggal dalam kasus tersebut. Menanggapi hal tersebut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Endra Zulpan memberikan keterangan terhadap awak media.
Rumah satu keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden, Kalideres (Tim tvOne- Arief Budiman)
"Periksa beberapa saksi diantaranya dua orang anak daripada korban anak dari pada Rudyanto dan Margaret," kata Zulpan kepada awak media, Jakarta, Jumat (18/11/2022).
Dalam kesempatan tersebut Kombes Endra Zulpan juga menyebut bahwa pihaknya mengaku masih mendalami pengakuan dari sejumlah saksi yang diperiksa.
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan pihak berwajib, hingga saat ini motif kematian satu keluarga di Perumahan Citra Garden Kalideres tersebut masih menjadi misteri.
Bahkan pihak kepolisian mengaku kesulitan untuk mengungkap penyebab dan motif kematian dari satu keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden Kalideres tersebut. Lantaran satu keluarga di tersebut termasuk pribadi yang tertutup dan jarang bergaul dengan warga.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi.
"Jadi gini rekan-rekan, ini kasus yang rumit yang perlu kehati-hatian. Dan ini memang perlu ahli yang nanti akan menjelaskan. Dan ini bukan satu ahli," terang Kombes Hengki Haryadi saat ditemui di lokasi, Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Untuk mengungkapkan motif di balik kasus kematian satu keluarga di Perumahan Citra Garden Kalideres tersebut polisi membutuhkan kolaborasi dari sejumlah ahli.
"Makanya ada interkolaborasi profesi berbagai ahli dalam rangka scientific crime investigation," pungkas Kombes Hengki Haryadi.
Diduga Anut Aliran Santhara
Kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat menimbulkan berbagai pertanyaan dan spekulasi.
Setelah sebelumnya diduga menganut sekte tertentu yakni Apokaliptik, kini muncul isu yang beredar bahwa keluarga itu menganut ajaran Santhara, yang mengajarkan puasa hingga meninggal dunia.
Dikutip dari VIVA, Santhara sendiri merupakan sebuah aliran atau kepercayaan religius tertua masyarakat India yang berusia sekitar 300 tahun.
Dalam ajaran ini, para pengikutnya akan menjalankan ritual fasting to dead atau bersumpah berhenti makan dan minum atau puasa sampai meninggal dunia.
Dilansir dari Legal Service India, ajaran Santhara mengacu pada praktik mengurangi asupan makanan dan air secara bertahap untuk mengakhiri hidup dan mencapai moksha atau kebebasan.
Para pengikutnya meyakini bahwa ini adalah jenis kematian yang paling damai, tenang dan diinginkan.
Apabila seseorang itu berniat ingin menghilangkan karma buruknya yang telah dia lakukan selama hidupnya, telah mendapat izin dari keluarga dan terakhir berkeinginan mencapai moksha.
Tukang sampah memberikan kesaksian mengejutkan
Dari hasil olah TKP terakhir yang dilakukan petugas Polda Metro Jaya, polisi temukan tumpukan sampah di dalam rumah Kalideres tersebut.
Berdasarkan temuan tersebut, petugas sampah sekitar lokasi, Warhidin (63) pun memberikan kesaksian. Diketahui keluarga yang tewas di Kalideres tersebut sudah tidak membayar sampah selama 6 bulan.
"Sudah enam bulan enggak bayar dia," kata Wahridin di Perumahan Citra Garden I, Kalideres, dikutip dari VIVA Jumat, 18 November 2022.
Wahridin sudah lebih dari 30 tahun menjadi tukang sampah yang melayani warga di sekitar kawasan Komplek Citra Garden. Ia juga mengaku jarang berinteraksi dengan keluarga tersebut dan hanya mengenal wajah mereka.
"Masih hidup mah pernah (lihat), cuman ketemu aja, nggak ngobrol," ujarnya.
Warhidin menambahkan, interaksi antara dirinya dan keluarga korban hanya sebatas ketika membayar iuran sampah.
"Waktu itu, lagi masih idup nih ya nyangkut di situ aja tuh (depan pagar rumah), di besi disangkut," katanya.
Wahridin mengatakan Rudyanto Gunawan (71), salah satu korban yang juga tewas, yang biasa membayarkan iuran bulanan sampah.
"Bapaknya, langsung panggil waktu hidupnya. 'Nih, Pak' udah gitu, langsung ngasih Rp30 ribu, langsung masuk," ujarnya.
Mengira Sudah Pindah Wahridin sempat mengira satu keluarga yang tewas itu sudah pindah lantaran tidak pernah lagi melihat aktivitas dari rumah tersebut.
"Waktu kita bersihin belakang ya kan tiga bulan sekali, pertama dipanggil-panggil nggak nyahut. Saya juga bingung, apa pindah apa kagak," ujarnya. (Kmr/Mzn/Lsn)