- Syaren Situmorang
Wisata Batu Lubang Tapteng, Situs Bersejarah Peninggalan Kolonial Belanda
Konon ceritanya banyak rakyat yang menjadi korban dari pekerjaan pembukaan jalan dan batu lubang itu. Namun sayangt idak ada catatan sejarah yang menyebutkan berapa banyak rakyat Tapanuli dan pejuang kemerdekaan yang menjadi korban.
Bahkan diceritakan juga bahwa mereka yang menjadi korban dibuang begitu saja ke jurang yang berada di salah satu sisi batu lubang ini. Mereka yang meninggal atau meregang nyawa akibat kelelahan karena tak kuat dan tak kuasa menahan derita pemaksaan kerja.
Para pekerja dipaksa bekerja keras dengan sekuat tenaga tanpa istrahat dan makanan yang cukup. Sementara untuk membuka jalan terowongan itu, para pekerja harus menembus batu dinding gunung Bukit Barisan yang keras dengan alat seadanya yakni pahat dan martil.
Ukurannya kala itu hanya bisa dilintasi oleh mobil kecil. Namun seiring perkembangan zaman, terowongan ini mengalami pelebaran. Namun pelebaran tersebut dilakukan tanpa merusak bentuk fisik dan mengurangi makna dari terowongan. Kini akses terowongan itu dapat dilalui oleh truk jenis Fuso.
Terdapat dua unit batu lubang yang dikerjakan, satu unit berukuran kecil sepanjang 8 meter dan satu terowongan besar berukuran panjang sekitar 30 meter. Kedua terowongan ini terletak terpisah, namun berada dalam satu ruas jalan dengan jarak antar keduanya sekitar 50 meter.
Menariknya, di kawasan batu lubang ini anda juga bisa menikmati destinasi wisata lain berupa pemandangan air terjun. Air terjun ini mengalir dari badan dinding batu lubang dan jatuh ke sebuah lembah yang didalamnya terdapat aliran sungai. Jarak sungai ke titik jatuh air terjun dari badan dinding batu lobang tersebut diperkirakan ketinggiannya sekitar 100 meter.
Kemudian anda juga bisa melihat langsung panorama alam Bukit Barisan dan keindahan Teluk Tapian Nauli.
Di Teluk Tapian Nauli ini anda akan melihat lautan luas nan biru bersamaan dengan isi permukaannya seperti pulau-pulau, diantaranya Pulau Poncang Gadang dan Poncang Ketek, Pulau Mursala, Pulau Labuan Angin dan lainnya. (Syaren Situmorang/NA)