- Istimewa
Enam Jam Sebelum Nani Wijaya Wafat
"Waktu itu sedang tidur atau tidak sadar saya kurang tahu. Yang pasti, saya panggil-panggil tapi no respons," ungkap Widyawati tadi siang. Itu sebabnya, Widyawati hanya memotret dirinya tanpa menampakkan wajah Nani yang dibesuknya.
"Saya memang tidak pernah tega memotret kawan dalam kondisi sakit," terangnya.
Kisah Camelia Malik
Akhir bulan Februari, di sela-sela Kongres PPFI di Pusat Perfilman, Mia tiba-tiba teringat Nani Wijaya. Waktu itu kami berempat, saya, Camelia Malik, Deddy Mizwar, dan Zairin Zain rehat Isoma kongres PPFI. Ia secara khusus membahas kondisi kesehatan Nani. Mia bernisiatif menggalang partisipasi kawan-kawan untuk menyiapkan kebutuhan Nani Wijaya dan keluarga selama bulan suci Ramadhan.
Kami memang puluhan tahun saling mengenal keluarga Nani Wijaya. Suaminya, almarhum Misbach Jusa Biran adalah tokoh penting perfilman Indonesia. Sudah kami anggap orang tua dan guru kami. Almarhum selain pakar di dunia film, khususnya penulisan skenario dan sutradara, juga punya peran yang menonjol adalah, guru agama. Membimbing dan senantiasa mengingatkan insan film taat beribadah.
Nani Wijaya kelahiran Cirebon 10 November 1944. Terjun di dunia akting sejak dekade '60-an. Telah berperan sebagai pemain berbagai film dan sinetron setiap tahunnya. Di awal karirnya tercatat beberapa film penting yang ia bintangi. Antaranya : "Gunung Kawi" (1961), "Si Doel Anak Betawi" (1973), "Yang Muda Yang Bercinta", "Nostalgia di SMA" (1980), "RA Kartini" (1982), "Opera Jakarta (1985)" dan " Catatan si Boy I (1987), III (1989) dan IV (1990).
Nani memulai debutnya di sinetron sejak 1995 dan sudah tampil di berbagai judul sinetron berepisode panjan. Yang paling menonjol "Bajaj Bajuri" sebagai Emak (2002-2007), lanjut ke "Si Cecep" pada 2004, "Kemilau Cinta Kamila" 1-3 (2010), dan "Tukang Bubur Naik Haji the Series" (2012-2017) yang fenomenal itu.