- Istimewa
Pengabdian Masyarakat Prodi Ketahanan Nasional SKSG UI Kerja Sama dengan Yayasan Empatiku Bangun Ketahanan Warga dari Ekstrimisme Kekerasan
tvOnenews.com - Penyebaran propaganda paham radikal terorisme dan proses rekrutmen terjadi melalui media daring maupun luring dan menarget siapapun tanpa batasan latar belakang, baik laki-laki atau perempuan dewasa, remaja atau anak-anak. Banyaknya mereka yang tergugah dan terekrut karena proses penyebaran dan rekrutmen terjadi di tingkat akar rumput.
Sayangnya, masyarakat belum terlibat dalam upaya-upaya pencegahan padahal sudah banyak komunitas yang terdeteksi menjadi tempat tinggal kelompok teroris, salah satunya di Kelurahan Sukamaju, Cilodong, Depok. Kondisi ini memberikan gambaran pentingnya ketahanan komunitas yang kuat untuk menangkal segala bentuk ekstrimisme kekerasan yang berpeluang memunculkan radikalisme dan terorisme.
Deteksi dini kerentanan masyarakat terhadap bahaya radikalisme menjadi sangat penting karena pemahaman ekstrimisme dan radikalisme terbatas, ditambah dengan masih rendahnya kemampuan daya tahan warga dan daya tangkal masyarakat. Keterampilan bagaimana mencegah dan menangani kasus-kasus dini yang muncul di masyarakat juga belum dimiliki.
Kerekatan sosial masyarakat belum terasah dan termanfaatkan sebagai modal sosial dalam mengurangi kejahatan dan perilaku antisosial, memperbaiki kerusakan dan pemulihan sosial.
Mengingat pentingnya hal tersebut, Program Studi Kajian Ketahanan Nasional SKSG Universitas Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Empatiku melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat mengenalkan Program Membangun Ketahanan Warga untuk Penanganan Dini Ekstrimisme Kekerasan di Kelurahan Sukamaju Cilodong Depok.
Acara dibuka langsung Lurah Sukamaju Indra Cahyadi dan Sekretaris Camat Cilodong Zainal Arifin. Inisiator pengabdian masyarakat adalah Dr. Puspitasari. Dalam kegiatan ini, Direktur Yayasan Empatiku Mira Kusumarini menjelaskan tentang cara-cara mendeteksi dini ekstrimisme kekerasan dan diskusi dipandu oleh tim Empatiku Mega Priyanti dan dosen Margaretha Hanita serta melibatkan mahasiswa Prodi Kajian Ketahanan Nasional Christiana Simatupang.