Kolase Pojok KC - Wapemred tvonenews.com Ecep S Yasa, background Mendikbudristek Nadiem Makarim..
Sumber :
  • tim tvonenews

Pendidikan

Senin, 4 September 2023 - 11:36 WIB

Setiap ada keluhan soal kualitas  pendidikan Indonesia saya ingat Sosrokartono. Kakak RA Kartini yang dikenal sebagai jenius dari Timur ini membuktikan pendidikan kita pernah mencapai kualitas baik di dunia.

Ia lulusan terbaik Hoogere Burger School (HBS) Semarang. Karena kecerdasannya itu pada 1898 anak keempat dari R.M. Ario Sosrodiningrat ini lalu melanjutkan studi ke  Belanda. Mulanya ia belajar di Sekolah Teknik Tinggi di Delft. 

Namun, merasa tidak cocok dengan materi yang dipelajari, ia pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur hingga lulus dengan gelar Doctorandus in de Oostersche Talen dari Universitas Leiden.

(Raden Mas Panji Sosrokartono, kakak kandung R. A. Kartini. Sumber foto: buku R.M.P. Sosrokartono: Sebuah Biografi (1987))

Setelah lulus, Sosrokartono memilih mengembangkan karir di Eropa bersamaan dengan fajar modernisasi yang tengah merekah. Saat perang dunia pertama pecah, Sosrokartono tercatat sebagai wartawan New York Herald Tribune. Ia wartawan Hindia Belanda pertama yang jadi wartawan di Eropa.

Dengan keahlian sebagai poliglot (menguasai 37 bahasa, termasuk 17 bahasa di Eropa) Sosrokartono dengan cepat terjun ke kancah peperangan di Eropa. Karena kelincahannya mewartakan medan tempur, ia bahkan diberi pangkat mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat.

Suatu kali ia membuat takjub tentara sekutu ketika melewati wilayah Basque di Spanyol, Sosrokartono dengan fasih menjadi penerjemah legiun itu di lapangan.

Sebuah tulisan di New York Herald Tribune soal hasil perundingan perdamaian rahasia di hutan Compaigne , Prancis Selatan, misalnya  menggemparkan Amerika dan Eropa saat itu. Penulisnya anonim, hanya menggunakan kode pengenal 'Bintang Tiga'. Namun, di kalangan wartawan Perang Dunia I sandi itu merupakan kode wartawan perang Sosrokartono. Wartawan lokal terhebat pun tak bisa mencium adanya perundingan rahasia itu.

Selepas berkarir sebagai wartawan, sejak 1919 hingga 1921 ia jadi kepala penerjemah untuk semua bahasa di dunia pada Liga Bangsa-Bangsa (cikal bakal PBB) yang baru didirikan.

Berita Terkait :
1
2 3 4 5 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:03
03:21
01:44
01:05
06:55
07:24
Viral