- tim tvonenews
Pendidikan
Sastrawan Taufiq Ismail pernah mengadakan penelitian soal pengajaran bahasa dan sastra di sekolah kita yang tak mengajarkan siswa membaca buku. Dalam penelitian terungkap pelajaran bahasa dan sastra kita di sekolah menengah sangat didominasi pengajaran tata bahasa.
Akibatnya, setiap siswa kita yang telah lulus SMA tak memiliki pengalaman membaca satu buku sastra pun. Siswa kita tumbuh dengan kondisi rabun sastra. Tak memiliki kecakapan menulis dan membaca. “Pengajaran sastra kita nol buku,” ujar Taufiq Ismail saat itu.
Kemunduran ini terjadi sejak 1950-an ketika kemerdekaan kita diakui Belanda dan kurikulum pendidikan bahasa dan sastra era Hindia Belanda diubah jadi lebih berat ke aspek tata bahasa.
Tak heran jika Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah memberikan sebuah data yang murung.
Tahun ini, 2023 anggaran pendidikan di tanah air mencapai titik tertinggi di sepanjang sejarah Indonesia. Anggaran pendidikan di dalam APBN 2023 mencapai Rp 612,2 triliun. "Untuk pertama kali dalam sejarah kita, anggaran pendidikan kita mencapai di atas Rp 600 triliun, yakni Rp 612,2 triliun," jelas Sri Mulyani.
(Ilustrasi - Kondisi anak sekolah di perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Sumber: ANTARA)
Namun, apakah dengan segera kita mendapatkan mutu pendidikan yang tinggi?
Merujuk data Programme for International Student Assessment (PISA), lembaga yang menggelar sistem ujian yang untuk mengevaluasi sistem pendidikan di 72 negara di seluruh dunia, menunjukan ternyata belanja pendidikan tak selamanya berdampak signifikan pada kualitas manusia Indonesia.