- tim tvonenews.com
Rempang
Jika menilik tawaran skema ganti rugi yang diajukan memang banyak alasan jika warga menolak. Janji setiap keluarga akan mendapat lahan pengganti 500 meter persegi dan rumah seluas 45 meter persegi ternyata belum ada wujud bangunannya. Selama masa pembangunan rumah, warga diminta tinggal di rumah susun di Pulau Batam atau diberikan dana untuk mengontrak rumah.
Namun, toh skema absurd ini harus tetap berjalan, target tak boleh meleset agar investor tak tertarik pindah berinvestasi di negeri jiran. “Jangan sampai pindah lagi ke Malaysia,” ujar Luhut Binsar Pandjaitan.
(Petugas membersihkan sisa kerusuhan di Pulau Rempang, 7 September 2023. Sumber: ANTARA)
Maka di hadapan negara, kampung-kampung yang menyimpan sejarah dan kenangan bagi sekitar 7.500 warga harus segera dirobohkan.
Padahal, pulau Rempang punya jejak panjang dalam sejarah Indonesia jauh sebelum wilayah ini masuk dalam rencana pengembangan kawasan Barelang dan dijadikan Proyek Strategis Nasional. Warga telah menempati kawasan itu turun temurun, dari generasi ke generasi.
Peradabannya yang arkaik terlihat dari nisan-nisan kuburan tua di pelosok kampung Rempang yang banyak berangka tahun sebelum kemerdekaan. Sebuah monumen terpancang tegak mengabadikan peristiwa penting pemulangan ratusan ribu warga Jepang dari wilayah ini pada 1945-1946.
Ihwal Rempang sebagai kampung tua dicatat oleh laporan pejabat kolonial Belanda P Wink. Dalam tulisan “Sebuah kunjungan ke Orang Darat di Pulau Rempang” , P Wink mereportase penduduk “asli” Pulau Rempang yang disebut sebagai Orang Darat dan Orang Utan. P Wink memaparkan paling tidak masyarakat adat ini sudah menghuni kampung kampung tua di Pulau Rempang sejak abad ke 19.
Dari khazanah yang kaya ini pula kita mencomot bahasa Melayu sebagai anugerah terbaik dan dengan sangat jeli ditahbiskan sebagai bahasa pemersatu dalam Sumpah Pemuda pada 1928 silam.