- tim tvonenews.com
Kaesang
Sebagaimana layaknya pemuda era sekarang, Kaesang memang pernah terdengar membangun perusahaan rintisan dan wirausaha di bidang kuliner, tapi terjun ke politik, jadi anggota salah satu parpol atau duduk pada jabatan publik kita tidak pernah mendengarnya.
Yang segera tampak bagi publik dengan cepatnya Kaesang didapuk sebagai ketua umum adalah hanya soal politik jalan pintas, instan, ketidaksediaan meniti proses politik secara sabar. Terasa sekali apapun dilakukan agar lolos ambang batas parlemen. Kepercayaan publik yang masih cukup tinggi pada Jokowi dianggap bisa terciprat ke PSI dan dengan mudah parpol akan melenggang ke Senayan.
Agaknya kita perlu ingat lagi diksi kesabaran revolusioner yang pernah diucapkan Megawati Soekarnoputri. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) jadi salah satu parpol yang terkuat 'party ID'-nya saat ini, semacam derajat kedekatan warga dengan partai yang diyakini akan dipilih dalam pemilu. Tingginya 'party ID' karena sejarah panjang partai ini melawan penguasa Orde Baru. Ada kesetiaan menjalani proses politik yang keras, terjal dan berliku sebelum akhirnya dipercaya konstituennya.
Pada sikap PSI kita menyaksikan politik yang mati. Memang partai tetap tetap ada, paling tidak ada pertemuan rutin, tapi kita tidak melihat denyar-denyar gagasan dibahas lagi dengan riuh rendah di kegiatan politik PSI.
Tak ada adu gagasan soal pilihan pilihan kebijakan negara, memberikan alternatif atau mendesakan solusi. Misalnya apakah putusan berhutang untuk membiayai infrastruktur adalah kebijakan yang tepat. Bagaimana reformasi birokrasi seharusnya dilakukan. Bagaimana konflik lahan harusnya diselesaikan.
Kita tak mendengar percakapan dewasa dan cerdas, selain soal Kaesang harus jadi Ketua Umum. Kita juga tak mendengar alasan ideologis yang disampaikan. Juga tak terdengar ada kubu yang menolak, memilih berbeda atau berseberangan agar ada putusan yang lebih prismatis (seperti layaknya intan, ia indah karena digerus dari banyak sisi).