Kolase - Wapemred tvonenews.com Ecep S Yasa mewawancara salah satu pendiri Hamas, Khaled Mashal (insert kanan bawah). Background Demo antri Israel..
Sumber :
  • tim tvonenews.com

Martabat Palestina

Senin, 16 Oktober 2023 - 10:14 WIB

"Dengan jiwa dan darah, kami menebusmu, Deif," kata warga di sambil bernyanyi saat merayakan suksesnya serangan Hamas sebelum Israel membabi buta menyerang balik wilayah itu.

Mohammed Deif!... Mohammad Deif!... Nama itu  diserukan pemuda pemuda dengan wajah penuh debu di jalanan Gaza sambil mengibarkan bendera tiga warna: hitam, putih dan hijau karena  telah memberi mereka (meski sesaat) apa maknanya memiliki harga diri dan martabat dalam hidup.

(Warga Palestina di kamp pengungsi Palestina al-Bass, di kota pelabuhan selatan Tyre, Lebanon, merayakan serangan yang dilakukan kelompok militan Hamas terhadap Israel. Sumber: AP Photo)

Deif memberi harga diri bagi bangsa yang tersia-sia justru karena mengalami bagaimana rasanya ditampik dan disingkirkan. Lahir di kamp pengungsi Khan Yunnis di Jalur Gaza pada 1965, Deif memiliki nama lahir Mohammed Diab Ibrahim al-Masri.

Sejak lahir ia hampir tak pernah merasakan menetap, tinggal, berdiam pada sebuah rumah. Ia tak pernah memiliki rumah, seperti ayam, burung atau kucing di jalanan Gaza yang diberi tempat tinggal. Ia dijuluki ‘Deif’; bermakna ‘tamu’ (arab) karena selalu mengembara tak tentu rimba, berpindah pindah. Sebagai ‘tamu’ ia hanya datang sejenak atau sesaat setiap berada di sebuah wilayah, lebih banyak menghabiskan hari harinya di lorong lorong bawah tanah.  

Sejak kecil ia mengalami moral yang dipermainkan. “Cintailah orang asing itu: kalian juga orang asing tatkala hidup di Tanah Mesir”.  Itu sabda Tuhan dalam Taurat, kitab suci umat Yahudi. Tapi, ia melihat pemukim Yahudi yang semakin banyak jumlahnya--- umumnya datang dari Brooklyn, New York ---selalu menghardik dirinya dengan kebencian.

Pada 1994 ia melihat Baruch Goldstein pada Jumat pukul 5:20 pagi saat umat Muslim baru saja selesai menegakkan shalat subuh, tiba tiba masuk ke tempat ibadah  sambil menenteng senjata dan memberondong orang yang tengah sujud di Masjid Ibrahim, Hebron, Palestina. Puluhan jamaah tersungkur. 

“Mereka itu patogen yang menjangkiti kita,” ujar Goldstein tak menyesal atas perbuatannya. Moralitas agama ia jadikan sebagai alat untuk membenci.  

Berita Terkait :
1
2
3 4 5 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:10
01:29
03:46
02:20
01:37
02:13
Viral