- tvOnenews - Julio Trisaputra
Gibran Rakabuming & Kebutuhan Politik Prabowo Subianto
tvOnenews.com - Jawaban dari teka-teki siapa Cawapres Prabowo semakin jelas. Rangkaian peristiwa politik dua hari ini, mulai dari Rapimnas Golkar hingga safari Gibran kepada pimpinan Parpol Koalisi Indonesia Maju (KIM) semakin menegaskan bahwa pilihan Cawapres dari KIM nampaknya jatuh kepada Mas Wali, Gibran Rakabuming Raka.
Minggu Malam, seluruh pimpinan KIM mengambil keputusan bersama; Gibran sebagai Cawapres Prabowo Subianto. Dipilihnya Gibran sebagai Cawapres oleh KIM tentu disertai dengan pertimbangan elektoral, teritori, dan bahkan regenerasi politik anak muda.
Muhammad Tri Andika Analis Politik Universitas Bakrie, melihat dipilihnya Gibran lebih terkait dengan kebutuhan mendasar Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024, yakni perasaan insecure Prabowo Subianto berdasarkan pengalamannya di Pemilu 2014 dan 2019.
Dalam sejarah politik Indonesia, Prabowo telah mencatatkan diri sebagai salah satu tokoh politik yang memiliki karir yang panjang dan pernah maju sebagai calon presiden atau Capres dan calon wakil presiden (Cawapres) sebanyak empat kali, 2009, 2014, 2019, dan 2024.
Meski memiliki trend elektabilitas yang meningkat dari pemilu ke pemilu, namun "takdir" sebagai presiden belum kunjung tiba. Tentu banyak faktor di balik kekalahan Prabowo pada Pemilu 2014 dan 2019. Mulai dari strategi kampanye, perang narasi, hingga sosok Cawapresnya.
Namun, dari faktor yang ada, saya mengamati faktor yang paling sering diangkat di setiap pemilu adalah faktor "kecurangan" penyelenggaraan pemilu. Inilah yang saya lihat menjadi sumber political insecurity seorang Prabowo Subianto.
Sehingga, tidak heran jika di Pemilu 2014 dan 2019, hasil pemilu presiden selalu diiringi dengan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.
Dua kali pemilu yang kerap diiringi dengan gugatan ke MK, sangat menandakan bahwa Prabowo memiliki catatan serius tentang penyelenggaraan Pemilu, khususnya Pilpres, yang diduga kental dengan praktik kecurangan. Inilah yang saya lihat menjadi faktor penting di alam bawah sadarnya seorang Prabowo.
Dari premis ini, tidak heran jika keamanan dan kenyamanan proses pemilu, menjadi faktor kunci kemenangan Prabowo di Pilpres 2024. Dan itu hanya bisa diperoleh oleh Prabowo, jika dukungan Presiden Jokowi tidak terbelah kepada siapapun kecuali kepada dirinya.
Sehingga, menjadikan Gibran Rakabuming sebagai Cawapres, meski berisiko, adalah opsi yang paling realistis dan taktis bagi Prabowo, untuk mengatasi trauma kecurangan dan manipulasi di setiap Pemilu yang pernah diikutinya.
Terlebih lagi, peluang Prabowo untuk menang di Pilpres 2024 bisa dibilang lebih besar dibanding 2014 dan 2019. Berdasarkan hasil survei banyak lembaga, termasuk survei yang dilakukan oleh Poligov sejak Maret 2023, dalam simulasi head to head Prabowo dan Ganjar, elektabilitas Prabowo konsisten di atas Ganjar Pranowo dengan jarak 3-9 persen.
Dengan hasil survei tersebut, Prabowo tentunya melihat hal itu sebagai modal kuat untuk menang. Namun, keunggulan tersebut tentu bisa berubah jika Prabowo tidak bisa memastikan keamanan dan kenyamanan politik dalam penyelenggaran pemilu.
Sehingga, di luar alasan konflik kepentingan putusan MK yang penuh dengan aroma nepotisme dan isu politik dinasti, bagi Prabowo, menjadikan Gibran yang notabenenya putra Presiden Jokowi sebagai Wapres, adalah jalan terbaik untuk mendapatkan garansi politik untuk terhindar dari potensi kecurangan dan penyalahgunaan aparat negara yang selama ini kerap menghantui dirinya.
Itu sebabnya, selain pertimbangan taktis elektoral, Gibran juga merupakan jawaban dari perasaan insecure Prabowo.
Meski demikian, majunya Gibran sebagai Cawapres, bukan berarti tidak mengandung persoalan serius. Dengan status sebagai putra Presiden, potensi penyalahgunaan instumen negara akan selalu ada. Kita berharap itu tidak terjadi.
Publik akan sangat mewaspadai Presiden Jokowi agar dapat menempatkan dirinya dalam posisi yang netral dan mampu menahan diri dari berbagai godaan penyalahgunaan kekuasaan yang dimilikinya demi kepentingan putranya.