- tim tvonenews
Belajar dari China
(Shanghai, pusat keuangan di Tiongkok pada malam hari. Sumber: Wikipedia)
Sesuai doktrin, seorang komunis sekaligus juga seorang internasionalis, kini China tak lagi hanya sibuk membangun negerinya. Ia kini telah berpikir membangun komunitas global. Sebuah dokumen berjudul “A Global Community of Shared Future: China’s Proposals and Actions” yang dirilis Kantor Informasi Dewan Negara menjelaskan pendekatan baru China dalam hubungan Internasional dan tata kelola global. Tergambar dengan detail dalam dalam dokumen itu, keinginan China membangun komunitas Global dengan mempraktikan multilateralisme sejati dan mempromosikan nilai nilai kemanusiaan.
Salah satu yang disebut adalah hingga Juli 2023, lebih dari tiga perempat negara di dunia dan lebih dari 30 organisasi internasional telah menandatangani perjanjian kerja-sama Sabuk dan Jalan (BRI) dengan China. Dokumen menyebut proyek yang dibangun oleh China nantinya akan menjadi milik dunia.
Kereta Cepat China-Laos sepanjang 1035 kilometer, memiliki 167 terowongan dan 301 jembatan jadi bagian proyek proyek BRI yang dibangun China. Kereta cepat yang dibangun selama 11 tahun telah beroperasi 3 Desember 2021 lalu disebut menciptakan 110 ribu lapangan kerja, dan membantu pembangunan sekitar 2000 kilometer jalan-jalan di sepanjang rute kereta cepat ini. Kereta Cepat Jakarta Bandung yang kini kita nikmati bagian dari keinginan China menciptakan tata dunia berdasarkan nilai nilai universal dan global tersebut.
Kini di paruh pertama abad 21, orang mulai bicara, perlunya belajar dari China. Bukankah Indonesia di bawah Soeharto juga tunggang langgang meminta investor asing untuk datang, bukankah reformasi ekonomi dan politik juga dilakukan pada 1998 bahkan di bawah pengawasan langsung rezim keuangan dunia, International Monetary Fund (IMF).
Apa yang membuat China begitu digdaya. Kenapa formula formulanya dalam membangun ekonomi, politik dan budayanya seperti cespleng, manjur.
Model pembangunan ala China berhasil, menurut saya, paling tidak karena tiga hal: ekonominya yang tumbuh pesat, sistem politik yang stabil (karena kehadiran Partai Komunis China) dan adanya ideologi yang bisa jadi peta, arah bagi warga negara tentang apa yang dicapai oleh bangsa di masa depan. Apakah ketiga hal ini sekarang ada di Indonesia?
(Ecep Suwardaniyasa Muslimin)