- tim tvonenews
Puasa: Ibadah Rahasia
Saya memang tumbuh sebagai laki-laki dewasa dengan pengaruh dan bayang-bayang besar dari bapak. Jika ibu membentuk karakter, bapak lah sebenarnya yang membentuk pola pikir.
Dari bapak misalnya saya belajar, menyikapi segala sesuatu dengan ketenangan. Tidak grabag-grubug. Filosofinya, tak gampang terpancing, tidak reaksioner. Sesekali memang saya melihat bapak amat marah, bahkan marah besar untuk sesuatu yang bapak anggap prinsip. Selebihnya, bapak terlihat sebagai sosok pendiam, bisa menyimpan segala sesuatu —termasuk masalah beşar— hanya untuk dirinya.
Aspek lain yang kini saya tahu, itu pengaruh dari bapak adalah kegiatan sosial. Saya selalu punya aspek publik, kolektif, mengurusi kehidupan bersama, entah di masjid terdekat atau di lingkungan RT dan RW, karena melihat bapak yang selalu ada waktu untuk urusan orang banyak.
Ziarah ke makam bapak jelang Ramadhan juga mengingatkan pada kenangan-kenangan indah lainnya saat kecil di kampung. Salah satu yang paling saya ingat adalah 'ngabedahkeun balong' (menguras air kolam).
Saya bersama kakak dan teman sekampung terjun ke kolam menangkap ikan yang telah dipelihara sebelumnya di kolam ikan yang sampai hari ini kolamnya masih ada dan nyata. Saya memang termasuk tidak lihai menangkap ikan jika dibandingkan dengan teman saya yang tangannya di dalam air seperti memiliki mata, dalam sekejap ia bisa mengumpulkan banyak ikan. Tapi, kegembiraan saat itu tak bisa dilukiskan kata-kata.
Biasanya tradisi ini kami sudahi dengan mandi keramas beramai-ramai di sungai yang airnya jernih (walungan) atau pancuran di kolam. Dengan menggunakan jerami padi, kami membasuh rambut dan sekujur badan dengan ritual yang sering disebut mandi taubat.