- tim tvonenews
Dunia Pasca-Amerika
COLUMBIA University sebuah kampus yang indah dan lengkap. Saya mengunjunginya beberapa waktu lalu di New York, Amerika Serikat, sambil membayangkan suatu kali bisa menimba ilmu di salah satu jurusan terbaik di kampus tertua itu.
Salah satu jurusan terbaik adalah studi jurnalisme yang didirikan oleh legenda jurnalisme Amerika: Joseph Pulitzer.
Gedung perpustakaannya megah dengan jendela-jendela besar dari batu bata berwarna merah terakota. Di balik jendela kaca dengan ujung yang melengkung itu, berderet buku-buku dari segala zaman dan bangsa, ditata rapih dari lantai hingga atap. Saat saya singgah untuk mengikuti sebuah ajang marathon, Amerika Serikat sedang diliputi musim semi. Alam sedang bersalin rupa dengan indah, pohon pohon maple mulai bertunas dengan daun daun berwarna kemerahan.
Namun, sepekan kemarin kenangan indah itu berguguran. Dari media massa saya menyaksikan ratusan polisi dengan kasar menangkapi mahasiswa yang tengah menggelar kemah pro Palestina di halaman kampus. Dengan pakaian anti hura hara dan senjata lengkap, polisi menyeret satu persatu mahasiswa—sebagian polisi menelikung tubuh mahasiswa layaknya pelaku kriminal--dan melemparkan ke bus NYPD yang parkir di dalam universitas. Bahkan, seorang polisi, mungkin bermaksud menakut nakuti mahasiswa, melepaskan tembakan di kampus yang jadi ikon dalam gerakan protes antiperang Vietnam pada 1968.
Penangkapan ratusan mahasiswa di Universitas Columbia justru semakin meluaskan unjuk rasa di kampus-kampus di Amerika Serikat.
Hampir semua kampus utama lalu menggelar kemah pro Palestina di Amerika Serikat. Mahasiswa memblokir lalu lintas di sekitar kampus Yale di New Haven, Connecticut dan Universitas New York di Manhattan. Di Pantai Barat, Universitas Politeknik Negeri California mengumumkan ditutup, setelah demonstran pro-Palestina menduduki gedung administrasi.