- ist
Gurita Fredy Pratama Hingga ke Bali
Fredy misalnya dilaporkan dalam 408 laporan polisi terkait banyak kejahatan, sejak peredaran narkoba hingga pencucian uang. Kaki tangan Fredy yang berhasil diringkus memang sudah ratusan. Jaringan ini melibatkan penegak hukum hingga pesohor di banyak negeri. Kerja sama operasi dibangun dengan polisi negeri negeri serumpun. Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Brigjen Pol Mukti Juharsa terbang ke Malaysia untuk menangkap Kif, salah satu kaki tangan Fredy. Dua pekan kemudian, Wakil Direktur Narkoba Polri, Komisaris Besar Jayadi terbang ke Thailand untuk menangkap Stefan Antony, orang dekat Fredy yang lain.
Di Indonesia, polisi menangkap Adelia dan suaminya David Khadafi di Palembang. Nur Utami dan Saru ditangkap di Makassar. Mantan Kepala Satuan Narkoba Polres Lampung Selatan AKP Andri Gustami juga diringkus. Belum lagi sejumlah selebgram lain, seperti Zul Zivilia yang diduga mengetahui modus operandi cuci uang Fredy Pratama.
Fredy menggurita karena memiliki asset asset yang gemuk dan likuid. Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan telah membekukan 606 rekening pelbagai nama yang diduga bagian dari sindikat Fredy Pratama. Saat dibekukan, rekening rekening itu berisi total Rp 45 miliar. Fredy juga dilaporkan mengelola sejumlah asset tak bergerak yang kini telah disita aparat hukum. Di Banjarmasin, polisi menyita restoran Shanghai Palace, penginapan Mentaya Inn, Baluga Café and Lounge.
Tidak bisa tidak, bandar narkoba yang kini disebut tengah bersembunyi di hutan Thailand harus diisolir dari sejumlah asset assetnya. Memiskinkan bandar narkoba, sehingga gerakannya semakin terbatas adalah salah satu cara menangkap Fredy. “Kita harus berani miskinkan Fredy Pratama,” lanjut Wahyu Widada.
Pengungkapan pabrik narkoba di Bali oleh Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri layak diapresiasi. Bali kita tahu sejak lama memang selalu jadi incaran jaringan narkoba internasional sebagai tempat memasarkan narkoba-narkoba jenis baru. Di kawasan Seminyak, Canggu, Kuta yang bertaburan tempat hiburan malam, “produk-produk” narkoba baru itu pertama kali dikenalkan pada turis-turis yang selalu haus akan pengalaman berbeda.
Berdasarkan data Badan Narkotika Provinsi Bali pada 2023 secara rata-rata nilai transaksi narkoba di Bali setiap tahunnya mencapai lebih dari Rp. 2 triliun. Dengan jenis narkoba yang paling banyak di konsumsi di Bali, jenis sabu-sabu.